Tiga Perang Dunia


Jika kamu sudah tidak sanggup mengingat lembaran-lembaran kehidupan yang telah dilalui, maka aku akan berusaha menuliskannya pada berlembar-lembar kertas. Kalimat itu saya ucapkan tadi malam kepada seseorang, tentu saja seorang perempuan yang telah membersamai saya selama bertahun-tahun.

Ingatan selalu berhubungan dengan daya serap otak manusia terhadap realita yang hadir. Di dalam otak itulah, berkas, data, dan informasi kehidupan tersimpan. Pada situasi tertentu, setiap manusia pernah mengalami kesulitan untuk mengakses berkas-berkas yang tersimpan di dalam otak. 

Manusia tiba-tiba mengalami lupa. Bahkan jika dihitung-hitung, antara ingat dan lupa sungguh tidak sangat sebanding. Lupa lebih banyak mencederai diri manusia daripada ingat yang dapat memupuk kesadaran.

Kecerdasan artifisial (AI) yang mulai diperkenalkan pada Perang Dunia II sampai saat ini terus mengalami perkembangan. Hubungan antara manusia dengan perangkat cerdas semakin erat. Ketergantungan terhadap ponsel cerdas semakin tinggi. Pembuatan kecerdasan artifisial oleh manusia memang dimaksudkan untuk membantu manusia dalam menangani dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. 

Dengan bahasa sederhana, agar kehidupan yang diisi oleh permasalahan dapat dilalui dengan sederhana juga. Otak manusia yang hanya dapat mengakses beberapa berkas dalam hitungan detik, harus dibantu oleh kecerdasan buatan yang dapat mengakses jutaan data dalam hitungan detik. 

Berkas selama lima sampai sepuluh tahun saja, dari tahun 2010 sampai 2021 sangat musykil dapat diakses sepenuhnya oleh manusia, meskipun benar-benar tersimpan rapi di dalam otak. 

Saya pernah memiliki pikiran seperti ini: miliaran data dan berkas yang tersimpan di dalam diri manusia sebetulnya dapat diakses secara paripurna jika manusia mampu menginstalasi aplikasi pembuka berkas dalam dirinya. Mungkin, kita harus mencari tahu, bagaimana cara menginstalasi aplikasi tersebut.

Untuk sesaat, manusia telah menaruh kepercayaan tinggi terhadap media penyimpanan data, baik virtual seperti penyimpanan awan atau berbentuk fisik seperti hard disk dan perangkat keras lainnya. Tanpa menaruh curiga dan rasa khawatir – pada suatu saat – piranti keras dan lunak penyimpan data tersebut akan hilang, hancur, atau tidak berfungsi sama sekali.  

Namun, jika hanya mengandalkan kapasitas dan daya akses terhadap otak saja, dengan alasan manusia mudah lupa, berkas, data, dan informasi yang tersimpan di dalam otak pun akan sulit diakses apalagi dibagikan kepada orang lain. Dengan mengamati babak-babak sejarah manusia telah dapat disimpulkan, hanya sekian persen data dan informasi masa lalu yang dapat diselamatkan oleh manusia dan dinikmati sampai sekarang. 

Anehnya, data-data tersebut disimpan bukan pada piranti yang kita pandang dapat menyimpan data dalam waktu lama. Nenek moyang kita menyimpan data masa lalu pada bongkahan batu, lukisan goa di era nirleka atau praaksara, potongan logam di masa perundagian, relief pada candi, dan tulisan pada daun lontar. Jejak data masa lalu mustahil bisa diakses oleh manusia modern jika nenek moyang kita menyimpannya pada drive daring atau penyimpanan awan.

Deep Blue dan Berpikir Mendalam

Entah dengan alasan karena manusia sebagai mahluk mulia atau tidak ingin dilalui oleh barang-barang ciptaannya sendiri, saya sering mendengar ungkapan: kapasitas otak manusia dengan triliunan neuron dengan dukungan dapur picu pada cortexnya lebih mumpuni daripada piranti penyimpanan buatan yang dapat menyimpan berkas beberapa gigabyte saja. 

Walakin, pada 1997, sebuah komputer permainan catur bernama Deep Blue milik IBM telah mengalahkan master catur Rusia, Garry Kasparov pada sebuah permainan. Deep Blue dapat mengakses sekaligus merumuskan solusi ratusan juta langkah dalam waktu sepersekian detik, tanpa melalui proses latihan, apalagi sampai mengalami sakit kepala.

Kecerobohan manusia, melakukan tindakan tanpa berpikir panjang sering saya saksikan. Pelakunya bukan siapa-siapa, dapat saja pada suatu ketika saya juga pernah menjadi pembuat onar dalam kehidupan. 

Manusia pun merumuskan formula untuk dirinya sendiri, bukan diproyeksikan pada produk buatannya, manusia harus berupaya melihat ke dalam diri, mengembangkan potensi dirinya, memaksimalkan daya picu otak, deep thinking, berpikir mendalam.

Orang-orang besar selalu dilahirkan dari prosesi sakral berpikir mendalam ini. Dalam sufisme, berpikir mendalam bukan berarti memikirkan satu hal secara mendalam, melainkan menghidupkan keheningan di dalam batin. 

Melalui prosesi inilah, di dunia keheningan, cahaya terpancar dalam setiap relung sel saraf manusia. Berkas-berkas pada Neuron tiba-tiba terbuka. Masa lalu dan masa kini mulai merasuki bayangan dan imaji diri. 

Keheningan melalui proses berpikir mendalam, dalam ungkapan Rumi disebut sebagai bahasa Tuhan, selainnya merupakan penafsiran-penafsiran yang keliru. Dalam tradisi Sunda disebutkan kebajikan dan kebijaksanaan sulit hadir dalam suasana yang terlalu meriah, riuh, dan gemuruh. Manusia memerlukan kondisi tiis ceuli hérang panon, hunang-hening agar melahirkan kejernihan di dalam hidup. 

Tidak dapat dimungkiri, setelah manusia larut dalam kemeriahan, gemerlap warna-warni suara, dan gemuruh lantunan kata-kata, setelah semuanya terhenti akan merasakan puncak kedamaian. Dengan konsidi begitulah, berkas-berkas yang tersimpan di dalam diri manusia dapat membuka diri. 

Para pertapa atau pelaku samadhi pernah mengalami sensasi ekstase, dalam bayangan dirinya hadir sebuah dunia yang diliputi kemilau cahaya atau tiba-tiba memasuki dunia yang pernah dialaminya beberapa tahun lalu. 

Seperti halnya perianti kecerdasan buatan, ia hanya dapat mengakses dan menyusun triliunan berkas dalam suasana hening. Komputer dan ponsel cerdas yang digunakan secara normal dapat lebih cepat mengakses data daripada komputer yang digunakan semena-mena.

Tiga Perang Dunia

Sampai kapan data yang tersimpan pada piranti kecerdasan buatan dapat bertahan

Revolusi kecerdasan buatan sebetulnya baru saja dimulai ketika manusia menggunakan ponsel-ponsel yang dapat mengakses internet secara massal. 

Bahkan, kesadaran terhadap keberadaan kecerdasan buatan pun baru diyakini oleh pihak-pihak tertentu yang konsern terhadap pemrogaman, melek internet tidak sekadar memakainya, dan menggunakan piranti untuk mendukung aktivitas kerja.

Data dan informasi yang disimpan dalam piranti dan media apapun pada akhirnya akan hilang dan rusak. Abad pertengahan sebagai era pencerahan di dunia Islam, ketika ratusan ribu hingga jutaan buku ditulis oleh para ulama dan cerdik pandai muslim, sama sekali tidak terpikir buku-buku yang menyimpan beragam data dan informasi khazanah keilmuan akan musnah. Ekspansi Mongolia ke dunia Islam telah menjadikan Sungai Eufrat seperti aliran tinta berwarna pekat setelah ratusan ribu buku dihanyutkan ke dalamnya.

Menyimpan berkas, data, dan informasi di piranti virtual seperti panyimpanan awan dan drive daring juga tidak menutup kemungkinan akan hilang dan sulit diakses. Jika saja, tiba-tiba perusahaan besar seperti Google dan Facebook menutup diri, triliunan data dan informasi tidak dapat diakses sampai kedua perusahaan tersebut membuka kembali aksesnya.  

Kendati dalam perhitungan untung rugi dunia usaha, kedua perusahaan tersebut tidak mungkin melakukan tindakan aneh, pada akhirnya nanti, data dan informasi yang telah kita simpan secara sukarela pada drive daring akan hilang. Bisa disebabkan oleh kesalahan manusiawi, entah lupa mengingat akun, kata kunci, atau diretas pihak lain tidak luput dari kehidupan dunia maya.

Manusia terdiri dari piranti keras dan lunak. Ia sebagai piranti penyimpan data dan informasi akan kembali merebut posisi mereka sebagai pemain terbaik setelah dunia dikuasai oleh kecerdasan buatan yang telah benar-benar cerdas secara mandiri. 

Sebuah pertanyaan penting tentang kesadaran manusia tentang masa depan yaitu, akankah pada saatnya nanti kecerdasan buatan mewujud menjadi kecerdasan mandiri tanpa campur tangan manusia? Ponsel cerdas tidak lagi difungsikan oleh manusia melainkan memfungsikan dan mengendalikan manusia. 

Mereka, ponsel-ponsel ini dapat mengoperasikan dirinya sendiri, membuat perintah sendiri agar membuka aplikasi tertentu, hingga memiliki perasaan, dan mengendalikan diri sendiri agar proses pengecasan nirkabel mengisi daya batre yang terbenam dalam dirinya sendiri. 

Jika hal di atas terjadi, piranti-piranti kecerdasan buatan yang telah mandiri yang memiliki perasaan dapat memiliki pilihan dan berbagai kemungkinan. Bersahabat akrab dengan manusia sebagai bentuk koordinasi atau berperang dengan manusia yang telah menciptakannya.

Setiap data dan informasi yang disimpan di dalam drive daring, di masa depan akan mudah diakses oleh piranti kecerdasan virtual. Mereka dapat dengan mudah membaca informasi kegemaran manusia, kesukaan orang Sukabumi, hingga emosi dan perasaan. Mereka akan menguasai data pertahanan, strategi perang, membuat perangkap, menciptakan muslihat, merekayasa intrik, dan mengayam tipuan untuk mengelabui manusia. 

Goncangan ekonomi dapat terjadi ketika sebuah piranti kecerdasan virtual mengobrak-abrik data perbankan, menyetujui atau membatalkan semua transaksi daring. Hanya dengan krisis moneter pada 1998 saja, kekacauan terjadi di Jakarta, penjarahan toko hingga kasus dehumanisasi, apalagi jika goncangan ekonomi ini benar-benar menggoncang dunia secara keseluruhan karena kanal dan saluran penting perekonomian telah disabotase oleh kecerdasan virtual.

Sejauh ini, manusia memang masih menempati posisi terbaik dengan mengeklaim sebagai mahluk mulia. Bersama alur dan plot sejarah kehidupannya dari masa ke masa hanya ada dua hal yang telah memorakporandakan kehidupan manusia. Bencana alam dan bencana kemanusiaan (perang). 

Dua perang dunia yang telah dihadapi oleh manusia masih dimenangkan oleh manusia meskipun telah merenggut jutaan nyawa. Sanggup kah manusia tetap bertahan jika mereka harus berperang dengan barang ciptaannya sendiri, perang dunia ketiga ketika robot cerdas berkeinginan meluncurkan senjata nuklir untuk menghancurkan planet Bumi?

Tulisan ini dimuat di:
https://www.watyutink.com/topik/pikiran-bebas/Tiga-Perang-Dunia
Kang Warsa
Kang Warsa Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Posting Komentar untuk "Tiga Perang Dunia"