Orgasme Politik


Judul di atas jangan diinterpretasikan 'sumbang'. Secara harfiah, orgasme memang sering berhubungan dengan puncak saat dua pasangan melakukan persetubuhan, bahkan bisa saja terjadi saat seseorang melakukan masturbasi, menikmati satu hal atas prakarsa diri sendiri. Orgasme tidak melulu terjadi pada hal-hal demikian. Termasuk dalam perpolitikan pun bisa dan memang sering terjadi dalam sebuah metafora.

Pemilihan umum sejak tahun 1955, kecuali pada tahun 2009 melalui mekanisme pencoblosan. Dari kata coblos inilah makna 'orgasme politik' sudah mulai tersuratkan. Dalam arti, pada setiap pemilu, saat di bilik-bilik suara itulah terjadi 'orgasme politik' massal. Masyarakat pemilih memancarkan sperma-sperma politik saat mereka mencoblos surat suara, memilih empat perwakilan mereka sesuai dengan tingkatannya: DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan  DPRD Kab/Kota.

Sperma politik yang disemburkan ini membawa benih-benih politik yang akan membuahi ovum politik. Ada dua kemungkinan; sperma politik ini membawa benih berkualitas, saat membuahi ovum dia akan menghasilkan janin berkualitas, kemudian akan melahirkan bayi-bayi bermental ksatria. Hasil pesta demokrasi seperti ini akan menghasilkan parlemen sehat, memiliki ketangguhan, dan muncul sesuai dengan cita-cita ideal bangsa ini.

Sayangnya, tidak semua benih-benih politik dalam sperma tersebut membawa hal-hal baik. Ia lebih didominasi oleh hal-hal buruk. Kromosom-kromosom raksasa, buto ijo, dan monster-monster lah yang mendominasi jutaan sel sperma yang dipancarkan saat pesta demokrasi berlangsung. Hasilnya, demokrasi sering melahirkan bayi-bayi monster dalam parlemen, kemudian tumbuh besar menjelma menjadi raksasa-raksasa serakah, rakus, dan tamak. Rakyat pun menjadi tumbal kerakusan mereka. Pesta demokrasi hanya melahirkan monster-monster  Frankerstein  yang mengejar dan memburu tuannya sendiri.

Pemilu 2014, pada tanggal 9 April 2014 nanti merupakan altar perjamuan politik, pada saat itulah 'orgasme politik' akan kembali terjadi saat sebuah alat pencoblos  menusuk surat suara. Masyarakat pemilih harus memancarkan sperma politik yang membawa kromosom-kromosom para kstaria agar parlemen melahirkan para ksatria tanggung yang akan membela tuannya dari serbuan monster-monster gila. Ovum dan sel telur politik telah disiapkan oleh KPU dalam Daftar Calon Tetap (DCT) merekalah yang akan kita buahi. Jika sel telur politik ini kuat dan berkualitas, maka bayi yang lahir pun akan kuat dan bagus pula. Jika sebaliknya, dia akan melahirkan bayi secara prematur, cacat, bahkan akan mati saat di dalam kandungan. Ini tidak kita harapkan. [ ]

KANG WARSA

Posting Komentar untuk "Orgasme Politik"