Oleh :Kang Warsa Di dalam kehidupan, manusia sebetulnya telah terabiasa menemui kemenangan atau kekalahan. Bahkan, semboyan manusia saat akan mengarungi samudera kehidupan adalah, Kami siap berjuang, persoalan kalah atau memang urusan seberapa jauh ikhtiar kita dan segalanya memang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. |
Siapapun akan berdecak kagum demi mendengar bahkan ingin mengucapkan tekad tersebut.
Persoalan utama dalam kehidupan bukan memang atau kalah. Masalahnya adalah persoalan bahwa hidup adalah seni. “ Beruntung sekali, orang yang ditanamkan nilai seni dalam dirinya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan ini.”
Sifat dasar manusia tidak ingin kehilangan apa pun, hal yang sudah dimiliki akan dirawat dan dijaga, dan hal-hal yang belum dimiliki akan diraih semaksimal mungkin, dalam bahasa Sunda ada kalimat majemuk ”sataker kebek”. secara keseluruhan, ini merupakan seni dalam hidup, bagaimana manusia harus berjuang sepenuh hati.
Karena memiliki sifat seni, maka ikhtiar-ikhtiar kita harus dilakukan secara baik, lembut, bisa diterima oleh umum, dan mampu menghadirkan keindahan. Jika sebaliknya, perjuangan dipenuhi oleh arogansi, ketamakan, dan menghadirkan rasa takut dan tidak aman bagi siapa pun. Sebetulnya, bukan nilai seni yang dihadirkan dalam kehidupan melainkan sikap paranoid akut, rasa takut berlebihan, rasa takut kehilangan.
Kemenangan dan kekalahan dalah kehidupan harus diterima dengan positif agar menghasilkan hal positif dalam hidup. Kehilangan sesuatu dalam bentuk kekalahan adalah sebuah upaya agar manusia bisa berpikir, bagaimana caranya menghargai sesuatu yang masih ada. Bagaimana cara berusaha sungguh-sungguh untuk menghasilkan sesuatu dan kita keluar sebagai sang “juara” dalam hidup ini. (*)
Posting Komentar untuk "Menang dan Kalah"