Dudung Koswara, M.Pd
Setiap guru wajib memiliki empat kompetensi dasar sebagai pendidik. Dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru, kompetensi pedagogik menjadi kompetensi paling utama. Mengapa demikian? Karena profesi mendidik dan mengajar adalah sebuah profesi yang menekankan pentingnya ikatan emosional kedua pihak. Bila guru sangat mengenali peserta didiknya dan peserta didik sangat mengagumi gurunya, akan melahirkan iklim pemelajaran yang kondusif.
Ada sebuah ungkapan auto kritik yang menyatakan bahwa guru kebanyakan hanya mengenali dua peserta didik. Pertama peserta didik yang pintar dan yang kedua peserta didik yang nakal. Nah, bagaimana “nasib” peserta didik lainnya? Bila peserta didik yang tidak pintar dan tidak nakal tidak dikenali maka kompetensi pedagogik para guru harus diperbaiki. Ini sebuah realitas yang memang bisa terjadi dalam dimensi pendidikan kita.
Semakin banyak jumlah peserta didik terutama di sekolah-sekolah favorit semakin menuntut kompetensi pedagogik para guru. Proses pendidikan adalah proses cerdas memanusiakan manusia. Peserta didik bukan robot, mereka adalah pribadi yang kompleks yang membutuhkan identifikasi secara personal ditengah banyaknya peserta didik. Semakin baik para guru mengenali peserta didiknya, semakin berpeluang berhasilnya sebuah proses pendidikan dan pengajaran.
Dalam kurikulum 2013 menekankan pentingnya mengenali peserta didik. Setiap peserta didik harus diketahui dari multi aspek, aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral dan latar belakang sosial budayanya. Pola pendidikan yang bersifat student centered, authentic assessment, scientific approach, Higer Order Thinking Skill tidak akan efektif bila para guru masih asing dengan peserta didiknya.
Jangan sampai terjadi, guru masuk ke ruang kelas seperti hanya mengajar pada dua peserta didik yang sangat dikenalinya (yang pintar dan yang nakal). Bahkan jangan sampai prosesi wisuda akhir tahun adalah prosesi peserta didik yang kebanyakan kurang dikenali. Apalagi mereka makin asing terutama peserta didik perempuan dengan baju kebaya yang beraneka ragam modelnya.
Menurut penulis mengenali peserta didik lebih penting dibanding mengenali kurikulum 2013. Mengapa demikian? Karena kurikulum didedikasaikan untuk peserta didik, bukan peserta didik dijadikan percobaan kurikulum. Mengenali peserta didik adalah modal awal bagi para guru untuk membangun iklim pembelajaran sesuai karakter peserta didik.
Sungguh sebuah kehormatan bagi peserta didik bila sang guru yang dikaguminya mengenali dengan baik nama dan cita-citanya. Sebaliknya harus sangat dihindari dilingkungan satuan pendidikan yang setiap hari bertemu antara guru dan peserta didik tak saling mengenal dan terkesan formalistik.
Berkaca pada negera-negera yang lebih maju dalam melayani peserta didik seperti di Adelaide, Australia, dari 7 tuntutan kompetensi tenaga pendidik profesional yang pertama dan menjadi skala prioritas adalah kompetensi pedagogik. Mari para guru untuk mengenali dengan baik peserta didik kita, tak kenal maka tak sayang. Sayangi mereka dengan mengenalinya.
Penulis merupakan seorang tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Beberapa tulisan tersebar di berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Sebagai seorang pecinta filsafat, pikiran-pikiran penulis cenderung memiliki nilai pencerahan, dekonstruksi post modern dalam status-status di media sosial menjadi satu alasan bahwa penulis mengharapkan adanya penjelasan bersayap dari setiap fenomena kehidupan ini. (Red) |
Setiap guru wajib memiliki empat kompetensi dasar sebagai pendidik. Dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh para guru, kompetensi pedagogik menjadi kompetensi paling utama. Mengapa demikian? Karena profesi mendidik dan mengajar adalah sebuah profesi yang menekankan pentingnya ikatan emosional kedua pihak. Bila guru sangat mengenali peserta didiknya dan peserta didik sangat mengagumi gurunya, akan melahirkan iklim pemelajaran yang kondusif.
Ada sebuah ungkapan auto kritik yang menyatakan bahwa guru kebanyakan hanya mengenali dua peserta didik. Pertama peserta didik yang pintar dan yang kedua peserta didik yang nakal. Nah, bagaimana “nasib” peserta didik lainnya? Bila peserta didik yang tidak pintar dan tidak nakal tidak dikenali maka kompetensi pedagogik para guru harus diperbaiki. Ini sebuah realitas yang memang bisa terjadi dalam dimensi pendidikan kita.
Semakin banyak jumlah peserta didik terutama di sekolah-sekolah favorit semakin menuntut kompetensi pedagogik para guru. Proses pendidikan adalah proses cerdas memanusiakan manusia. Peserta didik bukan robot, mereka adalah pribadi yang kompleks yang membutuhkan identifikasi secara personal ditengah banyaknya peserta didik. Semakin baik para guru mengenali peserta didiknya, semakin berpeluang berhasilnya sebuah proses pendidikan dan pengajaran.
Dalam kurikulum 2013 menekankan pentingnya mengenali peserta didik. Setiap peserta didik harus diketahui dari multi aspek, aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral dan latar belakang sosial budayanya. Pola pendidikan yang bersifat student centered, authentic assessment, scientific approach, Higer Order Thinking Skill tidak akan efektif bila para guru masih asing dengan peserta didiknya.
Jangan sampai terjadi, guru masuk ke ruang kelas seperti hanya mengajar pada dua peserta didik yang sangat dikenalinya (yang pintar dan yang nakal). Bahkan jangan sampai prosesi wisuda akhir tahun adalah prosesi peserta didik yang kebanyakan kurang dikenali. Apalagi mereka makin asing terutama peserta didik perempuan dengan baju kebaya yang beraneka ragam modelnya.
Menurut penulis mengenali peserta didik lebih penting dibanding mengenali kurikulum 2013. Mengapa demikian? Karena kurikulum didedikasaikan untuk peserta didik, bukan peserta didik dijadikan percobaan kurikulum. Mengenali peserta didik adalah modal awal bagi para guru untuk membangun iklim pembelajaran sesuai karakter peserta didik.
Sungguh sebuah kehormatan bagi peserta didik bila sang guru yang dikaguminya mengenali dengan baik nama dan cita-citanya. Sebaliknya harus sangat dihindari dilingkungan satuan pendidikan yang setiap hari bertemu antara guru dan peserta didik tak saling mengenal dan terkesan formalistik.
Berkaca pada negera-negera yang lebih maju dalam melayani peserta didik seperti di Adelaide, Australia, dari 7 tuntutan kompetensi tenaga pendidik profesional yang pertama dan menjadi skala prioritas adalah kompetensi pedagogik. Mari para guru untuk mengenali dengan baik peserta didik kita, tak kenal maka tak sayang. Sayangi mereka dengan mengenalinya.
Posting Komentar untuk "Menakar Kompetensi Pedagogik Guru"