Jonggol menjadi anekdotisasi ungkapan. Saat seseorang bertanya kepada temannya, entah melalui SMS, media sosial, atau secara langsung: Mau kemana? Sedang dimana? Jawaban dari mereka adalah: mau ke Jonggol atau sedang ada di Jonggol.
Anekdotitasi ini pertama kali dipopularkan oleh para sopir Colt jurusan Sukabumi-Bogor, semakin meluas dibahasakan kembali oleh masyarakat di daerah Sukabumi dan sekitarnya.
Di era Orde Baru, Jonggol telah ramai diwacanakan akan dijadikan ibu kota Indonesia. Jakarta sudah tidak merepresentasikan lagi sebagai ibu kota karena berbagai pertimbangan.
Hanya saja di era reformasi, wacana pemindahan ibu kota negara ke Jonggol sama sekali hilang gaungnya. Sebab, beberapa ahli merasa yakin, sampai dua puluh tahun ke depan, Jakarta masih tetap layak dipertahankan sebagai ibu kota negara ini.
Jonggol saat ini hanya menjadi anekdotitasi wacana di masyarakat saja. Sedang di mana, Bung? Di Jonggol!
Anekdotitasi ini pertama kali dipopularkan oleh para sopir Colt jurusan Sukabumi-Bogor, semakin meluas dibahasakan kembali oleh masyarakat di daerah Sukabumi dan sekitarnya.
Di era Orde Baru, Jonggol telah ramai diwacanakan akan dijadikan ibu kota Indonesia. Jakarta sudah tidak merepresentasikan lagi sebagai ibu kota karena berbagai pertimbangan.
Hanya saja di era reformasi, wacana pemindahan ibu kota negara ke Jonggol sama sekali hilang gaungnya. Sebab, beberapa ahli merasa yakin, sampai dua puluh tahun ke depan, Jakarta masih tetap layak dipertahankan sebagai ibu kota negara ini.
Jonggol saat ini hanya menjadi anekdotitasi wacana di masyarakat saja. Sedang di mana, Bung? Di Jonggol!
Posting Komentar untuk "Lagi Dimana? Di Jonggol"