Filosofi "BATIK KOTA SUKABUMI MASAGI"



Bentuk segi empat bujur sangkar terdapat dalam ungkapan “Hirup kudu masagi”. Ungkapan yang berisi petuah yang artinya hidup harus serba bisa. Bentuk lain, ”jelema masagi” (Natawisastra,1979:14, Hidayat, 2005:219) artinya orang yang memiliki banyak kemampuan dan tidak ada kekurangan. Masagi  berasal dari kata pasagi (persegi) yang artinya menyerupai (bentuk) persegi. Ciri bujursangkar adalah keempat sisinya berukuran sama. Kesamaan ukuran empat bidang pada bentuk bujursangkar ini diibaratkan berbagai aspek dalam bentuk tindakan atau perbuatan di dalam kehidupan yang harus sama dalam kualitas dan kuantitasnya. Umumnya ungkapan ini dipahami sebagai perlambang untuk hidup serba bisa sehingga tercipta kesempurnaan perbuatan atau perilaku dalam hidup. Pengertian serba bisa atau serba dilakukan dalam arti positif dengan penekanan utama mengarah pada dua aspek pokok kehidupan manusia, yaitu kehidupan duniawi (bekerja, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam) dan kehidupan di akhirat nanti (hubungan manusia dengan Tuhan).

Dalam kebudayaan Sunda, estetika tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki kaitan sangat erat dengan etika. Etika adalah masalah ukuran salah dan benar, baik dan buruk, berhubungan dengan ajaran religi, moral, akhlak, tatakrama, sopan satun dan lain lain. Dalam implementasi, estetika hakikatnya dipakai sebagai wadah dan etika adalah isi. Isi harus bermanfaat bagi martabat kemanusiaan baik pribadi maupun komunal, sedang bungkus atau wadahnya harus indah melahirkan kenikmatan indrawi dan lahir batin manusia. Unsur – unsur yang dituangkan ke dalam BATIK KOTA SUKABUMI MASAGI di antaranya :

1.Kendi Air

Terinspirasi dari Tugu Kendi yang berada di tengah alun alun Kota Sukabumi. Kendi adalah gerabah tanah liat yang berfungsi sebagai Wiraga atau Wadah Cai atau tempat menyimpan air.

2.Air

Air adalah kehidupan. Dalam kosmologis Sunda, Air yang turun dari langit yang bersifat perempuan kemudian menjadi “ isi “ dari “wadah” tanah atau bumi yang bersifat laki-laki. Air kemudian menjadi sangat penting dalam tatanan kehidupan masyarakat Sunda umumnya dan Masyarakat Kota Sukabumi pada khususnya, tergambar mulai dari toponimi atau penamaan tempat yang banyak berawalan Tji / Ci yang berasal dari Cai atau Air. Air jugalah yang kemudian menjadi bagian peribahasa tentang bagaimana istimewanya “ Cai Sukabumi “. “ Sakali nginum cai Sukabumi pasti bakal balik deui ka Sukabumi “

Air adalah hal baik dari alam juga merupakan perwakilan konsep, harapan, cita cita dan doa yang mengalir. Dan tentunya segala kebaikan air Kota Sukabumi ini selayaknya mempunyai tempat atau wadah yang mumpuni yaitu unsur unsur Masyarakat di Kota Sukabumi sendiri yang mewakili bumi sang penerima cai yaitu Kendi dari bumi / tanah liat pilihan yang mampu menjadi wadah molekul molekul kebaikan air /cai untuk kahuripan Kota Sukabumi. Semoga Kendi atau wadah ini yang mewakili Kota Sukabumi bisa menjaga Air Harapan dan Doa yang mewakili Masyarakat Kota Sukabumi dari berbagai unsur dan golongan.

3.Kuntum Bunga Wijayakusumah

Wijayakusumah adalah lambang penerang dalam kegelapan atau teladan kebaikan dan kejujuran di dunia yang penuh dengan kejahatan, kata Wijaya berasal dari kata Widya yang berarti pengetahuan, pengetahuanlah yang menjadikan manusia bisa menerangi dunianya dan membuatnya lebih baik.

4.Fuli Pala dan Biji Pala

Pada zaman dahulu harga biji dan fuli pala bisa lebih mahal dari emas, pada saat itu tanaman yang bernilai tinggi adalah tanaman yang berkarakeristik sebagai rempah. Filosofi biji dan fuli Pala ini sesuai dengan nilai komoditas saat itu ketika rempah biji dan fuli pala menjadi emas bagi seluruh manusia. Bahkan kata PAHLAWAN dari bahasa Sanksekerta yang berasal dari PHALA – WAN yang berati orang yang dari dirinya menghasilkan buah PHALA yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama, juga yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani. Tanaman Pala ini ternyata mempunyai karakteristik unik layaknya pahlawan, panen pertama dilakukan 7 sampai 9 tahun setelah pohonnya ditanam dan mencapai kemampuan produksi maksimum setelah 25 tahun, tumbuhnya dapat mencapai 20 meter dan usianya bisa mencapai ratusan tahun. Pala dengan masa panen yang berkesinambungan hingga ratusan tahun selaras dengan sosok pahlawan. Pahlawan sebagai manusia manusia berkualitas tinggi yang ada disetiap momentum, untuk melakukan langkah revolusif dan reformatif tapi tetap tidak lepas dari kearifan lokal, dengan kalkulasi dan implikasi yang dipikir dengan matang melalui analisis ilmiah, menjadi inspirasi dan teladan utuk tataran masyarakat. Filosofi Biji dan Fuli Pala seperti paparan tadi yang kami harapkan hadir dalam sosok setiap insan Kota Sukabumi sehingga bisa membawa Kota Sukabumi ke jaman Keemasan.

5.Manuk Julang

Manuk Julang diceritakan adalah burung yang punya daya semangat tinggi dan pantang menyerah. Manuk julang ketika terbang mencari sumber air tawar tidak akan berhenti sebelum apa yang dicari ditemukan, lebih baik mati terbang di udara ketimbang turun ke darat tapi belum berhasil menemukan sumber air tawar. Kegigihan Manuk Julang ini yang kemudian dipakai sebagai rupa Iket Julang Ngapak yang digunakan Lengser. Seperti kita ketahui Lengser adalah sosok yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan sehingga dijadikan penasihat raja. Ketekunan dan keahlian mencari ilmu inilah yang diharapkan ada disetiap insan Kota Sukabumi.

Demikianlah lambang lambang baik yang berusaha kami tuangkan dalam gambar dan motif Batik yang penuh makna dan daya semangat.

Sumber: Batik Tulis Lokatmala

1 komentar untuk "Filosofi "BATIK KOTA SUKABUMI MASAGI""

  1. Ahung.. Reu'eus ku medal na karya seni nu lahir tina buah pamikiran tur proses kreatif seniman/seniwati, budayawan/budayawati lokal. Pamugi neras nanjeur, Agung Rahayu..!

    BalasHapus