KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN IN GOD WE TRUST ONE
Oleh: Kang Warsa
God-Spot atau "Titik Tuhan" merupakan hardware bawaan yang telah terbenam dalam otak manusia sejak dia dilahirkan. Fungsi dari God-Spot ini merupakan dapur picu agar manusia dalam kehidupannya mengakui keberadaan "Tuhan, To En, Yang Maha Kuasa, dan sebutan lainnya".
Dapur picu bernama God-Spot ini telah menyimpan software bawaan, operating system, yang mampu memerintah manusia agar bertauhid, meyakini satu keberadaan tunggal, eksistensi prima dan penyebab utama segala sesuatu. Tidak bisa dielakkan, sekalipun dia memiliki pandangan ateis, pada awal kehidupannya telah menerima hal ini. Silogisme sederhana ada pada negasi atau penolakan hal apapun, ketika seorang ateis mengingkari keberadaan hal-hal transenden, memiliki arti, hal transenden tersebut memang ada. Hal yang tidak ada itu merupakan hal yang ada.
Manusia-manusia di abad percerahan yang telah mengingkari keberadaan hal transenden pada dasarnya bukan menolak eksistensi ketransendenan, mereka mencoba menjabarkan Tuhan secara imanen, kehadiran Tuhan secara nyata dalam bentuk dan rupa kehidupan. Pemikiran ini telah berkembang sejak pertama kali keberadaan manusia di bumi ini. Di Yunani, Plato bersama gurunya, Socrates kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles mencoba melakukan formulasi sederhana tentang kehadiran Yang Imanen dalam kehidupan ini. Tuhan mewujud dalam bentuk dan rupa. Seorang ateis menolak keberadaan Tuhan yang transenden namun mereka telah membangun Tuhan Imanen dalam kehidupan ini.
Pandangan terhadap ketransendenan Tuhan telah menempatkan Tuhan bukan pada ruang dan waktu, Dia berada entah dimana, Dia merupakan apa yang berbeda, karena berbeda dengan apa yang tidak berbeda dengan manusia maka dalam masyarakat yang meyakini hal ini (Misalkan Sunda Kuno), Tuhan merupakan "hiji hal anu pamali diomongkeun."
Pemikiran Tuhan yang Imanen ini telah melahirkan agama-agama yang saat ini kita kenal. Tuhan dihadirkan dalam rupa dan sifat. Maksud dari hal ini tidak lain agar eksistensiNya lebih dekat dengan kehidupan manusia itu sendiri. Pada akhirnya, dalam pandangan penganut ketransendenan: keyakiman imanen (kehadiranNya dalam kehidupan) ini diartikan sebagai bentuk polytheisme dalam meyakininya. "Kemusyrikan" dimana manusia meyakini Dia Yang Maha Tunggal namun badan bersimpuh pada mezbah, altar, candi, batu (baik Menhir, lonjong, kubus, dan apapun). Namun nyatanya, para penganut keimanenan tersebut tidak menyebut dirinya sebagai penganut polytheisme.
Para founding father negara ini dengan kecerdasan yang mereka miliki telah membuat formula genial, agar kehidupan ini terarah dan memegang keyakinan dalam bingkai Ketuhanan Yang Maha Esa, ketauhidan. Pun dalam Declaration of Independence, keyakinan tentang In God We Trust One. Hanya penafsiran manusia sajalah yang telah melahirkan pandangan beragam terhadap konsep awal tentang ketauhidan ini.
Dan pada dasarnya, setiap manusia meyakini Tuhan karena dalam diri manusia telah terbenam God-Spot.
Posting Komentar untuk "God Spot"