Musim Hujan dan Tantangan Lingkungan di Kota Sukabumi



Musim hujan telah berlangsung selama satu setengah bulan terakhir. Curah hujan turun merata di wilayah Kota Sukabumi. Berdasarkan hasil penelitian Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah hujan pada bulan November 2012 antara 24-100 mm per hari. Hujan biasanya turun antara pukul 13.00 hingga 20.00 WIB.

Cuaca seperti ini akan semakin parah jika saluran-saluran air tersumbat, baik saluran kecil maupun got. Banjir yang dahulu lebih sering terdengar di kota-kota besar seperti Jakarta kini juga menjadi fenomena baru di Kota Sukabumi, terutama di wilayah dengan kepadatan hunian yang tinggi.

Dua minggu lalu, sekitar pertengahan November 2012, media cetak dan elektronik ramai memberitakan banjir yang melanda Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong. Penyebab utamanya adalah tersumbatnya saluran air oleh berbagai jenis sampah. Dampak banjir tersebut cukup serius, bahkan mobil milik anggota Polisi terseret arus deras.

Pemerintah Kota Sukabumi segera melakukan aksi tanggap darurat. Tim SAR diturunkan ke lokasi, dan sejumlah pasangan calon wali kota serta wakil wali kota turut memberikan bantuan. Namun, aksi ini sering dipandang oleh masyarakat lebih sebagai upaya menarik simpati daripada solusi nyata untuk mencegah banjir di masa depan.

Banjir tidak hanya melanda Kelurahan Sukakarya. Seminggu lalu, wilayah Sukabumi Selatan, tepatnya Kelurahan Sudajayahilir, Kecamatan Baros, juga mengalami hal serupa. Puluhan hektare sawah tergenang air. Penyebab utamanya adalah saluran air yang tidak mampu menampung debit air tinggi. Selokan di Jalan Balandongan menuju Kampung Pangkalan banyak ditutup untuk mengarahkan air ke sawah, yang justru memperparah banjir.

Di kawasan Jalur Lingkar Selatan, pembangunan terminal baru dituding sebagai penyebab banjir. Namun, fakta menunjukkan bahwa banjir di wilayah ini telah menjadi masalah tahunan. Selokan kecil yang digunakan untuk mengalirkan air dari lokasi pembangunan terminal tidak mampu menampung debit air tinggi akibat curah hujan deras.

Selain banjir, hujan deras juga memicu bencana lainnya. Tebing Rawa Uncal di Cikeong, Kelurahan Jayamekar, longsor, menutup akses Jalan Proklamasi menuju Jalan Baros. Sebelum alat berat dikerahkan, jalan tersebut sempat terputus.

Longsor ini diduga disebabkan oleh curah hujan tinggi dan kurangnya sengkedan atau talud yang memadai. Analisis di lapangan menunjukkan bahwa minimnya pepohonan dengan akar tunggang di area tebing juga menjadi faktor utama.

Di Pasir Pogor, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, hujan deras memperburuk kondisi jalan yang biasa dilalui angkutan perkotaan jurusan Cicadas. Tanah dari bukit terbawa arus hujan dan menutupi jalan yang sebelumnya sudah rusak.

Hasil pantauan menunjukkan beberapa ruas jalan yang rusak akibat genangan air, antara lain Jalan Cicadas Pasir Pogor, Jalan Widyakrama (antara Pangkalan dan Dulang Nangkub), Jalan Lembursitu-Bojongloa, serta beberapa jalan kecil lainnya.

Fenomena seperti ini memang bukan hal aneh bagi masyarakat Kota Sukabumi. Namun, menjadi keprihatinan ketika kota yang berada di ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan 20-30 derajat harus menghadapi banjir.

Saat ini, bukan waktunya untuk saling menyalahkan. Kita semua tahu bahwa banjir, longsor, dan jalan rusak disebabkan oleh:

  1. Curah hujan yang tinggi.
  2. Saluran air tersumbat sampah.
  3. Minimnya tanah resapan air akibat padatnya hunian dan betonisasi.

Pertanyaan mendasar yang perlu diajukan adalah: apakah kemajuan selalu harus mengorbankan lingkungan? Jika pembangunan hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan analisis dampak lingkungan, maka kerusakan lingkungan akan menjadi harga yang harus dibayar.

Sebesar apa pun upaya pembangunan—baik perbaikan jalan maupun irigasi—akan sia-sia jika tidak diiringi oleh kesadaran menjaga lingkungan. Pada akhirnya, infrastruktur yang dibangun dengan anggaran besar hanya akan bertahan sementara sebelum kembali rusak akibat bencana yang disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

Posting Komentar untuk "Musim Hujan dan Tantangan Lingkungan di Kota Sukabumi"