Ada semacam keberpihakan dari cara kita berpikir dan memandang sesuatu . Diklaim, salah satu cirri manusia modern – pasca homo sapiens (jika ada)- sering mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Lantas ini memunculkan konsep baru, bisa dikatakan sebagai takhayul modern dalam bentuk konspirasi. Keyakinan selalu menjadi alasan terhadap alibi-alibi manusia modern dalam menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lain. Daripada menjadi benar, informasi malah semakin bias dari harapan.
Tahun 2012 telah diujung hari kita akan menyongsong tahun 2013. Ramai dibicarakan, pergantian tahun sebagai momentum untuk mengawali perbaikan, sebuah resolusi: masa lalu dilihat sebagai kaca spion, lantas harapan-harapan diletakkan di tahun 2013. Perayaan-perayaan menyambut datangnya hari bari dilakukan di mana-mana. Tua-muda, lelaki-perempuan ikut berperan sebagai penyambut kedatangan matahari baru di awal Tahun 2013. Semua larut.
Berpikir secara jernih, setiap hari, ketika pergantian tanggal dan hari sebetulnya manusia selalu mengalami hal baru, menyambut suasana baru, menyambut hari baru. Sebab dalam kaidah apa pun, kehidupan dari hari ke hari bahkan detik ke detik selalu berubah; momento rei. Air yang mengalir satu jam lalu di selokan saja telah berbeda dengan air yang mengalir satu detik yang lalu.
Antusiasme kah ini? Benar, momentum memang selalu datang tidak bertubi-tubi. Ini menjadi alasan, karena perayaan menyambut Tahun baru merupakan peristiwa satu tahun sekali, rasanya tidak salah jika diisi dengan berbagai pesta. Analoginya sederhana, tidak jauh berbeda dengan perayaan ulang tahun kita.
Setelah melihat fenomena seperti ini, berbagai pandangan muncul dari semua kalangan; Pertama, ada yang menghubungkan, peranyaan menyambut tahun baru identik dengan upacara kaum pagan di zaman Romawi Kuno, Dewa Janus,seorang Dewa yang dipuja oleh bangsa Romawi , dewa pengharapan, dewa resolusi. Dewa pemilik dua wajah, satu menghadap ke depan , satu lagi mengadap kea rah belakang. Identik dengan resolusi manusia; melihat masa lalu sebagai kaca dan menatap masa depan sebagai sebuah harapan.
Nonsens! Manusia sekarang tidak mengerti apa itu paganism, mengenal dewa Janus pun tidak pernah terpikir oleh manusia sekarang. Mengaitkan keyakinan yang dominan diyakini oleh manusia sekarang dengan keyakinan masa lalu tidak bisa dikatakan sebagai hal yang seimbang. Manusia sekarang sudah tidak memikirkan apakah meniup terompet di satu tempat saat pergantian tahun merupakan kebiasaan masyarakat pagan zaman dulu atau bukan? Sama sekali tidak peduli.
Kedua, anggapan lain adalah betapa industrialisasi telah menyentuh setiap ruang sempit kehidupan manusia. Kapitalisme telah berhasil mengecoh kehidupan. Berapa rupiah keuntungan diraih oleh perusahaan-perusahaan raksasa dari setiap momentum besar yang terjadi. Abaikan pemikiran seperti ini, setiap orang dari kita saat ini telah menjadi bagian dari kapitalisme tersebut. Ponsel cerdas yang kita banggakan, computer tablet yang kita miliki, kendaraan dan setiap barang yang memadati sudut-sudut rumah kita adalah produk unggulan kapitalisme. Justru kita telah menjadi pendonor unggulan dari paham yang sering kita anggap sebagai musuh itu.
Lantas?
Perayaan dalam menyambut tahun baru adalah kebiasaan baik, jika manusia memahami harus bagaimana dan apa yang mereka lakukan daripada sekedar mengadakan hura-hura, bakar petasan, dan kegiatan-kegiatan lain yang akan mengurangi nilai resolusi kita. Selamat Tahun Baru 2013 [kang warsa]
Posting Komentar untuk "TAHUN BARU 2013"