Para peserta Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi Tahun 2013 telah menyampaikan visi dan misi mereka ke KPU Kota Sukabumi, tepat sebelum ditetapkannya peserta pemilukada Tahun 2013. Kemudian, sejak ditetapkannya para pasangan calon tersebut menjadi Peserta pemilihan, Komisi Pemilihan Umum Kota Sukabumi ikut mensosialisasikan program dan visi peserta pemilihan tersebut melalui beberapa alat peraga sosialisasi pemilukada. Poster dan baliho memperlihatkan kepada masyarakat, agar mereka mau membaca alasan apa para peserta tersebut mau mencalonkan sebagai orang nomor satu dan dua di Kota Sukabumi pada tanggal 24 Februari 2013 nanti.
Jika dianalisa dan dielaborasi lebih jauh. Penyampaian visi dan misi seharusna menjadi keharusan bagi para pasangan calon selama masa sosialisasi kepada masyarakat. Rentang waktu selama satu bulan lebih tersebut harus benar-benar secara maksimal digunakan oleh para pasangan calon dalam mengenalkan program-program unggulan mereka jika terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi periode 2013-2018. Hanya saja, sangat disayangkan, sejauh ini belum ada pasangan calon yang menampilkan secara khusus dalam spanduk , baliho atau media sosialisasi lainnya tentang visi dan misi mereka secara eksplisit. Jika pun ada, visi dan misi tersebut hanya mengandalka issue umum: seperti pendidikan gratis dan akan terjaminnya kesehatan masyarakat di masa depan.
Jika kita membaca secara utuh visi yang telah diajukan oleh para peserta pemilukada ke KPU Kota Sukabumi, ada beberapa hal dan ini menjadi catatan penting bagi kita semua. Pertama, Visi para peserta seperti beragam namun jika ditarik satu simpulan besar , menyentuh ranah substansi, secara implicit visi mereka adalah sama. Memiliki tujuan agung dan cita-cita melangit, ingin mewujudkan satu masyarakat luhur di Kota Sukabumi berlandaskan nilai-nilai religious. Kata-kata MADANI, MUFAKAT, SYAHADAT, dan MUJARAB pun merupakan istilah serapan dari Bahasa Arab digunakan oleh semua peserta pemilukada.
Disana terlihat ada sebuah pergeseran budaya. Jika di era Orde Baru, masyarakat biasa disihir oleh kata-kata berbau Hindusentris seperti: Sasana Graha, Eka Prasetya Panca Karsa, dll. Di era reformasi ini, kata-kata serapan dari Bahasa Arab sudah tidak canggung lagi digunakan oleh para pemangku kepentingan. Pergeseran ini merupakan satu bukti bahwa betapa telah cairnya antara politik dengan budaya di era ini.
Kedua, jika budaya dan politik telah begitu cair, tanpa ada penghalang lagi seperti di era Orde Baru, maka betapa naif jika tidak ada satu pun pasangan calon Walikota dan Walikota Sukabumi yang membidik unsure budaya sebagai media sosialisasi mereka, terlebih budaya lokal (Sunda). Secara umum, ada dua kandidat yang menyoal budaya di visi dan misi mereka, akan lebih bagus jika visi mengenai kebudayaan ini dipertebal dengan kuatnya sosialisasi mereka dalam membahasakan nilai-nilai budaya ini.
Dua kandidat lain, tidak secara eksplisit mencantumkan kebudayaan dalam visi dan misi mereka. Mereka lebih mengedepankan pembangunan makro Kota Sukabumi. Menyentuh aspek pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan.
Akan lebih baik, jika para peserta pemilukada ini mengangkat issue-issue strategis dalam hal kebudayaan yang belum dilirik oleh pasangan lainnya. Sebab, masyarakat Kota Sukabumi memiliki latar belakang begitu kuat dalam merawat dan menjaga kebudayaan leluhur mereka. Pasangan calon harus memiliki tim sukses yang memahami dan mendalami issue-issue strategis dalam hal budaya lokal. Apalagi, sampai saat ini, Kota Sukabumi masih mencari, apa sebetulnya budaya asli dari daerah ini? Hal yang kadang dipandang sebelah mata seperti menampilkan visi dan misi mereka dalam Bahasa Daerah pun belum terlihat secara detil dalam tampilan alat peraga sosialisasi yang digunakan oleh para peserta pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. [kang warsa]
Posting Komentar untuk "VISI DAN MISI CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA SUKABUMI"