Rabu (13/2), kompleks SETUKPA POLRI Kota Sukabumi dipenuhi oleh massa pendukung para Kandidat Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi. Halam Mesjid Jami' disesaki oleh kendaraan roda dua dan empat masing-masing pasangan calon. Para petugas kepolisian berjaga-jaga mengimbangi pelaksanaan Debat Kandidat Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi Tahun 2013. Teriakkan massa pendukung menyemangati para kandidat terdengar riuh, masing-masing pendukung mengumandangkan: Madani! Mufakat! Syahadat! dan Mujarab!.
Gedung Anton Soedjarwo menjadi saksi sejarah perhelatan akbar lima tahunan di Kota Sukabumi. Ya, sebuah gedung, meski pun tidak memiliki kapasitas sebagai saksi hidup, sebagai entitas atau bagian dari saksi primer, namun malam itu telah menjadi tempat penting di mana visi dan misi para kandidat Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi akan diuji oleh tiga panelis. Pengujian dari berbagai aspek: sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Gempita para pendukung membahana berbanding lurus dengan detak jantung dan meningkatnya adrenalin para kandidat di atas podium.
Seluruh mata menatap tajam, saat para kandidat membaca satu persatu visi dan misi mereka. Pasangan Andri-Dangkih menyoal permasalahan pokok pembangunan ekonomi melalui sektor riil yaitu dengan membangun dan menciptakan pelaku usaha kecil di setiap Kelurahan, satu pengusaha untuk satu bulan. Hal lain dijadikan fokus utama oleh pasangan Muraz-Fahmi, pasangan dengan visi membangun pemerintahan yang rahmatan lil 'alamin ini menyoal masalah penting penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan.
Berbagai dalil pun diucapkan oleh kandidat Walikota, H. Mohamad Muraz untuk meyakinkan kepada masyarakat terhadap kekokohan dan komitment dalam visi dan misinya.
Kesehatan dan mewujudkan Kota Sukabumi sebagai Kota Sehat pada Tahun 2018 menjadi topik utama pasangan Sanusi-Yeyet. Aspek penting dalam mewujudkan hal ini, disebutkan oleh pasangan ini salah satunya dengan melakukan penataan kembali terhadap permasalahan sampah di Kota Sukabumi. Lahirnya masyarakat berbudaya sebuah masyarakat yang menanamkan nalar, nurani, dan budi dalam kehidupannya akan terwujud dengan mengamalkan aspek terkecil yang kadang dianggap tidak seberapa dalam kehidupan, yaitu kesehatan.
Pasangan Mulyono-Jona kembali menapaki sejarah perjalanan Pemerintahan lima tahun ke Belakang, bidang
pemerintahan dan reformasi birokrasi menjadi hantaman utama visi dan misi pasangan ini. Dengan visi dan misi tersebut, pasangan ini akan memaksimalkan daya dan upaya seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan Kota Sukabumi yang barokah serta bernilai guna.
Ketakjuban di Gedung Anton Soedjarwo semakin meningkat saat para panelis memberikan penilaian, bahwa visi dan misi para kandidat tersebut masih samar, belum memperlihatkan hal yang tidak realistis, barangkali masih merupakan janji-janji yang harus ditepati oleh para kandidat.
Debat kandidat bukan sarana untuk memperlebar perdebatan antara satu pasangan calon dengan pasangan calon lainnya. Ini merupakan upaya sosialisasi para calon, visi dan misinya, serta sejauh mana kematangan sikap para calon ketika menghadapi serangan dan cercaan bertubi-tubi dari para panelis dalam bentuk pertanyaan. Masyarakat telah melihat, mengamati, dan menyimpulkan pasangan mana yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam menciptakan perubahan Kota Sukabumi ke Arah yang lebih baik.
Adalah tidak salah, jika ke-tiga panelis memberikan pandangan: visi dan misi para kandidat tersebut masih berisi janji-janji. Karena janji, maka telah menjadi satu keharusan bagi para kandidat untuk merealistiskan janji-janji tersebut. Bahkan bila perlu, masyarakat harus menagihnya jika salah satu dari ke empat pasangan tersebut telah terpilih sebagai Walikota dan Wakilnya.
Sebab, memperbaiki dan membawa Kota Sukabumi kepada perubahan dan ke arah yang lebih baik ini tidak semudah pasa kandidat membacakan visi dan misi yang telah tertuang dalam secarik kertas. Persoalan di Kota Sukabumi ini begitu komplek, dan keheterogenannya ini lebih hebat dari pertanyaan bertubi-tubi dari para panelis. Kota Sukabumi membutuhkan jawaban, bukan sekedar janji. [ ]
Kang Warsa
Gedung Anton Soedjarwo menjadi saksi sejarah perhelatan akbar lima tahunan di Kota Sukabumi. Ya, sebuah gedung, meski pun tidak memiliki kapasitas sebagai saksi hidup, sebagai entitas atau bagian dari saksi primer, namun malam itu telah menjadi tempat penting di mana visi dan misi para kandidat Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi akan diuji oleh tiga panelis. Pengujian dari berbagai aspek: sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Gempita para pendukung membahana berbanding lurus dengan detak jantung dan meningkatnya adrenalin para kandidat di atas podium.
Seluruh mata menatap tajam, saat para kandidat membaca satu persatu visi dan misi mereka. Pasangan Andri-Dangkih menyoal permasalahan pokok pembangunan ekonomi melalui sektor riil yaitu dengan membangun dan menciptakan pelaku usaha kecil di setiap Kelurahan, satu pengusaha untuk satu bulan. Hal lain dijadikan fokus utama oleh pasangan Muraz-Fahmi, pasangan dengan visi membangun pemerintahan yang rahmatan lil 'alamin ini menyoal masalah penting penanaman nilai-nilai agama dalam kehidupan.
Berbagai dalil pun diucapkan oleh kandidat Walikota, H. Mohamad Muraz untuk meyakinkan kepada masyarakat terhadap kekokohan dan komitment dalam visi dan misinya.
Kesehatan dan mewujudkan Kota Sukabumi sebagai Kota Sehat pada Tahun 2018 menjadi topik utama pasangan Sanusi-Yeyet. Aspek penting dalam mewujudkan hal ini, disebutkan oleh pasangan ini salah satunya dengan melakukan penataan kembali terhadap permasalahan sampah di Kota Sukabumi. Lahirnya masyarakat berbudaya sebuah masyarakat yang menanamkan nalar, nurani, dan budi dalam kehidupannya akan terwujud dengan mengamalkan aspek terkecil yang kadang dianggap tidak seberapa dalam kehidupan, yaitu kesehatan.
Pasangan Mulyono-Jona kembali menapaki sejarah perjalanan Pemerintahan lima tahun ke Belakang, bidang
pemerintahan dan reformasi birokrasi menjadi hantaman utama visi dan misi pasangan ini. Dengan visi dan misi tersebut, pasangan ini akan memaksimalkan daya dan upaya seluruh komponen masyarakat untuk mewujudkan Kota Sukabumi yang barokah serta bernilai guna.
Ketakjuban di Gedung Anton Soedjarwo semakin meningkat saat para panelis memberikan penilaian, bahwa visi dan misi para kandidat tersebut masih samar, belum memperlihatkan hal yang tidak realistis, barangkali masih merupakan janji-janji yang harus ditepati oleh para kandidat.
Debat kandidat bukan sarana untuk memperlebar perdebatan antara satu pasangan calon dengan pasangan calon lainnya. Ini merupakan upaya sosialisasi para calon, visi dan misinya, serta sejauh mana kematangan sikap para calon ketika menghadapi serangan dan cercaan bertubi-tubi dari para panelis dalam bentuk pertanyaan. Masyarakat telah melihat, mengamati, dan menyimpulkan pasangan mana yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam menciptakan perubahan Kota Sukabumi ke Arah yang lebih baik.
Adalah tidak salah, jika ke-tiga panelis memberikan pandangan: visi dan misi para kandidat tersebut masih berisi janji-janji. Karena janji, maka telah menjadi satu keharusan bagi para kandidat untuk merealistiskan janji-janji tersebut. Bahkan bila perlu, masyarakat harus menagihnya jika salah satu dari ke empat pasangan tersebut telah terpilih sebagai Walikota dan Wakilnya.
Sebab, memperbaiki dan membawa Kota Sukabumi kepada perubahan dan ke arah yang lebih baik ini tidak semudah pasa kandidat membacakan visi dan misi yang telah tertuang dalam secarik kertas. Persoalan di Kota Sukabumi ini begitu komplek, dan keheterogenannya ini lebih hebat dari pertanyaan bertubi-tubi dari para panelis. Kota Sukabumi membutuhkan jawaban, bukan sekedar janji. [ ]
Kang Warsa
Posting Komentar untuk "DEBAT KANDIDAT: KOTA SUKABUMI MEMBUTUHKAN JAWABAN, BUKAN SEKEDAR JANJI"