ISIS Tidak Akan Diterima Di Negara Ini

Bagi Amerika Serikat, Daulah Islamiyah atau ISIS merupakan ancaman paling berbahaya beberapa bulan ini. Hal ini dinyatakan langsung oleh Menteri Pertahanan AS.

Pemenggalan salah seorang wartawan AS menjadi satu alasan, betapa kelompok militan ISIS benar-benar telah mempolarisasikan kehidupan. Pemenggalan James Foley pun dipublikasikan oleh ISIS melalui tayangan video.

Sehari sebelum pemenggalan, seorang pejabat ISIS menyebarkan ancaman terhadap AS dengan ungkapan, " Kami akan menenggelamkan kalian dalam darah."

Ancaman dari kelompok yang memiliki tujuan mendirikan negara Islam universal ini  bukan hanya ditujukan terhadap negara-negara yang mereka anggap 'kafir'. Sejak satu minggu terakhir, di berbagai media sosial ramai dibicarakan, ISIS pun memiliki niat menghancurkan candi Borobudur. Ini ancaman bagi negara dengan mayoritas terbesar muslim di dunia.

Beberapa tahun lalu, dalam The Battle for God, Karen Armstrong menyebutkan kenyataan munculnya fundamentalisme dalam agama ini tidak terjadi di era modern saja. Akar masalah munculnya fundamentalisme adalah kapitalisme pasca revolusi industri.

Kapitalisme dengan semangat rekonquista, penemuan lahan-lahan baru telah menjelma menjadi imperialisme, penjajahan dari negara-negara Eropa terhadap negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika.

Kapitalisme dan imperialisme ini yang telah melahirkan fundamentalisme di negara-negara jajahan. Dan diyakini sepenuhnya, fundamentalisme tidak saja ada dan berkembang dengan baik dalam Islam. Dalam setiap agama sudah pasti ditemukan adanya kelompok radikal ini.

Karena hukum yang berlaku di dunia ini tidak pernah lepas dari kausalitas, maka dalam memandang lahirnya gerakan-gerakan radikal ini pun harus utuh, tidak berat sebelah. Obyektifitas ini bukan untuk mencari kesalahan dan pembenaran.

Salah satu contoh, kasus pelarangan pemakaian jilbab oleh muslimah di Bali tentu membuat sebagian besar umat Islam di negara ini berang. Jika dipandang secara obyektif, pelarangan pemakaian jilbab merupakan akibat dari beberapa sebab.

Pertama, kasus peledakan cafe di Bali beberapa tahun lalu oleh kelompok Amrozy secara langsung telah melukai orang Bali. Generalisasi muncul, stigma kekerasan dalam Islam pun terbentuk.

Kedua, beberapa kelompok Islam melakukan penolakan saat akan digelarnya Miss World di Bali. Buntut dari penolakan ini adalah munculnya sikap diskriminatif terhadap muslim di Bali. Yang merasakan langsung pendiskriminasian tersebut adalah orang Islam yang tinggal di Bali sebagai akibat dari sikap kekanak-kanakan kelompok Islam yang hanya mementingkan ego relijius kelompok.

Padahal ada beberapa kelompok Islam yang menyatakan sikap;" Datangkan 1.000 Lady Gaga atau silakan gelar Miss World di negara ini, sebab dengan hal tersebut, Kami tetap akan memagang teguh agama Kami."

Sejarah harus dicermati, kenapa dengan mudah penduduk di Amerika Latin menganut agama Katolik setelah dijajah oleh Spanyol dan Portugis? Kenapa selama 350 tahun penjajahan di Indonesia oleh Belanda tidak mengubah keyakinan orang Indonesia secara signifikan menjadi pemeluk Protestan? Sebab, sejak semula ada, Islam disebarkan di negara ini melalui pendekatan kultural.

Semangat peningkatan kualitas budaya ini yang harus dikembangkan di negara ini, budaya asli bangsa ini, bukan budaya impor dan karbitan hanya karena berasal dari Timur Tengah atau Barat kemudian oleh kita diyakini sebagai sebuah ajaran.

Banyak pertanyaan dalam benak kita; Kenapa kekisruhan, perang saudara -sesama muslim-, bahkan saling bunuh, korban meninggal oleh ISIS dan konflik di Suriah saja sudah lebih dari 191.000 orang, selalu terjadi di Timur Tengah?

Fakta ini terjadi karena 'semangat penguasaan komoditas dengan menggunakan agama.' Semangat memperebutkan kilang-kilang minyak terjadi karena negara ini kaya dengan sumber minyak bumi namun minim dengan sumber daya alam lain. Pendirian kekhalifahan dalam bentuk daulah Islamiyah oleh ISIS pun tidak terlepas dari hegemoni kelompok.

Pola seperti ini tidak akan berlaku di negara Indonesia sebab sumber daya alam di negara ini begitu melimpah. Yang harus ditegakkan di negara ini bukan bagaimana cara mendirikan kekhalifahan yang mendunia, tapi bagaimana cara dan memikirkan memanfaatkan potensi sumber daya alam negara sendiri untuk kemakmuran bangsa sendiri, bukan diberikan kepada orang lain!

Apakah akan berdampak pada dosa besar jika Daulah Islamiyah tidak didirikan di negara ini? Ada beberapa statemen; Indonesia dimerdekakan oleh mayoritas Islam, ini memang sebuah fakta, namun terlepas dari itu, negara ini dibangun di atas landasan keberagaman bukan keseragaman. Muslim adalah kelompok yang akan memuliakan kelompok lain.

Pernyataan seperti diatas betulkah mencirikan 'Islamophobia' sikap takut terhadap Islam? Tentu saja bukan, sebab hukum jinayat dalam Quran pun hanya mendapatkan jatah 17% saja dari berbagai hukum dan aturan yang disediakan dalam Quran. Ketika ada orang melakukan tindakan kriminal seperti mencuri tidak lantas sesegera mungkin harus dipotong tangnnya.

Penafsiran Quran bukan hanya dari segi letterlerk dan maknananya saja, sebagai sumber hukum dan ajaran moral harus ditafsirkan juga secara fungsional. Kelemahan umat hingga saat ini adalah lebih senang mengambil jalan cepat -short cut- dalam memberikan tafsir terhadap ayat-ayat jinayah seperti; huduud dan qishosh.

Jadi, sehebat apa pun ancaman ISIS dan menyebarkan ideologinya, orang-orang yang benar telah dekat dengan Tuhan tidak akan memberikan acungan jempol terhadap kelompok mana pun yang melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap sesama dengan diawali dengan menyebut nama Tuhan.

Sukabumi Discovery | Kang Warsa

Posting Komentar untuk "ISIS Tidak Akan Diterima Di Negara Ini"