Banyak pertanyaan dalam benak Saya, bisa jadi sama dengan dalam benak Anda. Pertanyaan akan semakin mengerucut – ketika Saya, sebagai salah seorang pengajar di Kota Sukabumi ini- terhadap: keberhasilan pendidikan di negara ini, masih intensnya aksi tawuran dilakukan oleh anak-anak sekolah, dan maraknya geng motor yang diisi oleh remaja usia sekolah (SMP dan SMA).
Keberhasilan pendidikan sebuah negara sudah pasti ditentukan oleh sistem pendidikan di negara tersebut. Ketika masih banyak patologi social yang dilakukan oleh para pelajar - apalagi oleh tenaga pendidik – menjadi satu alas an, sistem pendidikan di sebuah negara masih menemui kegagalan. Tidak terkecuali dengan sistem pendidikan di negara ini.
Saat ini, sistem pendidikan terbaik di dunia didominasi oleh negara-negara di Skandinavia, Finlandia pada ujung tahun 2013 menempati urutan pertama sebagai negara terbaik dalam penggunaan sistem pendidikan.
Banyak alasan, kenapa pendidikan di negara-negara Skandinavia telah meraih kesuksesan. Sudah tentu, Indonesia harus mengambil pelajaran dari Finlandia.
Pertama, Orang Finlandia tidak memasukkan anak-anak ke sekolah hingga telah menginjak umur tujuh tahun. Kesalahan justru terjadi dalam pola pikir masyarakat kita, ada anggapan, semakin muda seorang anak (misalkan di bawah umur 6 tahun) semakin baik mereka disekolahkan. Di negara-negara Skandinavia, sangat terlarang (baca haram) merenggut masa kanak-kanak sebagai usia emas (golden age).
Kedua, sekolah di Finlandia tidak memperbanyak ujian dan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak didik hingga mereka benar-benar telah dewasa, sementara di negara ini, anak didik dibebani banyak tugas dan pekerjaan rumah. Ujian pun terdiri dari beberapa tahap; UTS, UAS, Remedial, dan Ujian Nasional di setiap jenjang pendidikan. Anak-anak pra-sekolah pun telah diberi beban berat oleh para tutor di PAUD dan TK dan ini atas desakan masyarakat sendiri.
Ketiga, tenaga pendidik di Finlandia harus memiliki kualifikasi paling tidak hingga tingkat master dan disubsidi sepenuhnya oleh negara. Semua guru tidak harus dipusingkan memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, mereka tinggal memilih.
Keempat, sekolah di Finlandia didanai sepenuhnya oleh negara. Sekolah merupakan sarana public, sudah menjadi kewajiban negara seluruh pembiayaan pendidikan ini ditanggung sepenuhnya oleh negara tanpa alas an apa pun. Hal penting dari pembiayaan pendidikan oleh negara adalah; lahirnya kesetaraan yang diterima oleh perserta didik, tenaga pendidik, dan sekolah. Berbeda dengan di negara kita, masing-masing sekolah berlomba menaikkan citra di hadapan masyarakat , hingga lahir lah penilaian sekolah unggulan, sekolah favorit, negasi dari hal tersebut adalah adanya penilaian “sekolah buangan, sekolah bermasalah” kepada beberapa sekolah.
Kelima, adanya penilaian oleh pemerintah terhadap para guru di Finlandia dengan memberikan keleluasaan kepada para guru dalam menyampaikan materi ajar kepada para peserta didik. Hal penting dari keleluasaan dan sikap otonomi para guru di Finlandia adalah para guru lebih sedikit menghabiskan waktu mereka di Sekolah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau keluarga. Di negara ini, dalam kurikulum 2013 yang akan ditinjau ulang kembali tersebut, beban guru tidak sebatas pada mengajar anak didik, juga harus merangkum mekanisme pembelajaran setiap hari, jika dihitung akan memakan waktu hingga dua sampai tiga jam setelah sekolah, jika jam bubar sekolah pukul 14.00 WIB, para guru bisa pulang lebih lambat antara pukul 16.00 sampai 17.00 WIB. Lebih parah, di beberapa sekolah, banyak para siswa yang menghabiskan waktu mereka di Sekolah.
Keenam, semua sekolah di Finlandia memberikan waktu Istirahat yang cukup untuk para peserta didik hingga 75 menit. Para siswa diberi kebebasan untuk menghabiskan waktu istirahat mereka di ruang-ruang public, melihat karya-karya seni, diberi keleluasaan berinteraksi secara maksimal dengan rekan-rekan mereka dan dengan cara mereka sendiri-sendiri. Adanya interaksi dengan lingkungan social tersebut mendidik para siswa di Finlandia bagaimana cara menghargai sesama, bagaimana cara mereka bekerja sama dengan orang lain, belajar keterampilan social, dan belajar bagaimana caranya menghambat agresi serta tekanan dari orang lain.
Ketujuh, sekolah-sekolah di Finlandia tidak melakukan retensi, pengusiran, pemindahan, dan DO kepada para peserta didik. Tidak ada sanksi fisik diberikan oleh sekolah kepada peserta didik, karena rata-rata peserta didiknya pun telah menghargai betapa pentingnya pendidikan bagi mereka. Finlandia memiliki pandangan; sekolah yang melakukan retensi, sanksi, pengusiran, dan DO kepada siswa cenderung memiliki sistem pendidikan yang lemah , mahal, dan menghilangkan keadilan social.
Kedelapan, hal penting dalam sistem pendidikan di Finlandia adalah, mengharuskan para orang tua untuk mendidik anak mereka saat sebelum memasuki usia sekolah. Kualitas anak-anak pra-sekolah benar-benar diperhatikan. Para karyawan diberi cuti hamil selama lima tahun, agar kedekatan ibu dengan anak terjalin dengan intens.
Itulah beberapa perbedaan sistem pendidikan di Finlandia dan negara-negara Skandinavia dengan sistem pendidikan di negara ini. Finlandia memberikan otonomi sepenuhnya kepada para ahli di bidang pendidikan untuk melahirkan sistem pendidikan mereka, (memberikan urusan kepada ahlinya). Masalah pendidikan diharamkan diberikan kepada politisi, pengusaha, apalagi kepada para komprador di Finlandia. Bagaimana dengan pendidikan di negara kita?
KANG WARSA
Keberhasilan pendidikan sebuah negara sudah pasti ditentukan oleh sistem pendidikan di negara tersebut. Ketika masih banyak patologi social yang dilakukan oleh para pelajar - apalagi oleh tenaga pendidik – menjadi satu alas an, sistem pendidikan di sebuah negara masih menemui kegagalan. Tidak terkecuali dengan sistem pendidikan di negara ini.
Saat ini, sistem pendidikan terbaik di dunia didominasi oleh negara-negara di Skandinavia, Finlandia pada ujung tahun 2013 menempati urutan pertama sebagai negara terbaik dalam penggunaan sistem pendidikan.
Banyak alasan, kenapa pendidikan di negara-negara Skandinavia telah meraih kesuksesan. Sudah tentu, Indonesia harus mengambil pelajaran dari Finlandia.
Pertama, Orang Finlandia tidak memasukkan anak-anak ke sekolah hingga telah menginjak umur tujuh tahun. Kesalahan justru terjadi dalam pola pikir masyarakat kita, ada anggapan, semakin muda seorang anak (misalkan di bawah umur 6 tahun) semakin baik mereka disekolahkan. Di negara-negara Skandinavia, sangat terlarang (baca haram) merenggut masa kanak-kanak sebagai usia emas (golden age).
Kedua, sekolah di Finlandia tidak memperbanyak ujian dan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak didik hingga mereka benar-benar telah dewasa, sementara di negara ini, anak didik dibebani banyak tugas dan pekerjaan rumah. Ujian pun terdiri dari beberapa tahap; UTS, UAS, Remedial, dan Ujian Nasional di setiap jenjang pendidikan. Anak-anak pra-sekolah pun telah diberi beban berat oleh para tutor di PAUD dan TK dan ini atas desakan masyarakat sendiri.
Ketiga, tenaga pendidik di Finlandia harus memiliki kualifikasi paling tidak hingga tingkat master dan disubsidi sepenuhnya oleh negara. Semua guru tidak harus dipusingkan memikirkan biaya untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, mereka tinggal memilih.
Keempat, sekolah di Finlandia didanai sepenuhnya oleh negara. Sekolah merupakan sarana public, sudah menjadi kewajiban negara seluruh pembiayaan pendidikan ini ditanggung sepenuhnya oleh negara tanpa alas an apa pun. Hal penting dari pembiayaan pendidikan oleh negara adalah; lahirnya kesetaraan yang diterima oleh perserta didik, tenaga pendidik, dan sekolah. Berbeda dengan di negara kita, masing-masing sekolah berlomba menaikkan citra di hadapan masyarakat , hingga lahir lah penilaian sekolah unggulan, sekolah favorit, negasi dari hal tersebut adalah adanya penilaian “sekolah buangan, sekolah bermasalah” kepada beberapa sekolah.
Kelima, adanya penilaian oleh pemerintah terhadap para guru di Finlandia dengan memberikan keleluasaan kepada para guru dalam menyampaikan materi ajar kepada para peserta didik. Hal penting dari keleluasaan dan sikap otonomi para guru di Finlandia adalah para guru lebih sedikit menghabiskan waktu mereka di Sekolah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau keluarga. Di negara ini, dalam kurikulum 2013 yang akan ditinjau ulang kembali tersebut, beban guru tidak sebatas pada mengajar anak didik, juga harus merangkum mekanisme pembelajaran setiap hari, jika dihitung akan memakan waktu hingga dua sampai tiga jam setelah sekolah, jika jam bubar sekolah pukul 14.00 WIB, para guru bisa pulang lebih lambat antara pukul 16.00 sampai 17.00 WIB. Lebih parah, di beberapa sekolah, banyak para siswa yang menghabiskan waktu mereka di Sekolah.
Keenam, semua sekolah di Finlandia memberikan waktu Istirahat yang cukup untuk para peserta didik hingga 75 menit. Para siswa diberi kebebasan untuk menghabiskan waktu istirahat mereka di ruang-ruang public, melihat karya-karya seni, diberi keleluasaan berinteraksi secara maksimal dengan rekan-rekan mereka dan dengan cara mereka sendiri-sendiri. Adanya interaksi dengan lingkungan social tersebut mendidik para siswa di Finlandia bagaimana cara menghargai sesama, bagaimana cara mereka bekerja sama dengan orang lain, belajar keterampilan social, dan belajar bagaimana caranya menghambat agresi serta tekanan dari orang lain.
Ketujuh, sekolah-sekolah di Finlandia tidak melakukan retensi, pengusiran, pemindahan, dan DO kepada para peserta didik. Tidak ada sanksi fisik diberikan oleh sekolah kepada peserta didik, karena rata-rata peserta didiknya pun telah menghargai betapa pentingnya pendidikan bagi mereka. Finlandia memiliki pandangan; sekolah yang melakukan retensi, sanksi, pengusiran, dan DO kepada siswa cenderung memiliki sistem pendidikan yang lemah , mahal, dan menghilangkan keadilan social.
Kedelapan, hal penting dalam sistem pendidikan di Finlandia adalah, mengharuskan para orang tua untuk mendidik anak mereka saat sebelum memasuki usia sekolah. Kualitas anak-anak pra-sekolah benar-benar diperhatikan. Para karyawan diberi cuti hamil selama lima tahun, agar kedekatan ibu dengan anak terjalin dengan intens.
Itulah beberapa perbedaan sistem pendidikan di Finlandia dan negara-negara Skandinavia dengan sistem pendidikan di negara ini. Finlandia memberikan otonomi sepenuhnya kepada para ahli di bidang pendidikan untuk melahirkan sistem pendidikan mereka, (memberikan urusan kepada ahlinya). Masalah pendidikan diharamkan diberikan kepada politisi, pengusaha, apalagi kepada para komprador di Finlandia. Bagaimana dengan pendidikan di negara kita?
KANG WARSA
Posting Komentar untuk "Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia"