Endon

Sumber Photo: Kampung Santri
Lelaki berbadan kurus dan berambut panjang itu dijuluki Endon. Di kampung, orang-orang biasa memanggil siapa pun dengan nama sebutan atau alias. Tempo hari ada orang berbadan gemuk, orang-orang tidak mau ambil pusing, dijuluki lah dia dengan sebutan Si Buyak. Saya pun demikian, ketika kecil dijuluki Si Kampret, bukan lelawa atau dalam Bahasa Sunda lalay, kampret adalah baju yang biasa dipakai oleh anak-anak yang akan disunat. Juga, karena tidak mau ambil pusing lagi, orang-orang pun menyebut baju kampret dengan sebutan baju Koko di jaman ini. Bukan hanya kepada orang, terhadap benda-benda mati pun orang-orang mudah memberikan julukan. Seperti halnya orang memanggil Endon kepada lelaki kurus itu karena memang wajahnya persis dengan wajah Si Gendon.

Aku tidak mengerti dengan watak seseorang jika tidak berdialog langsung, dari cara bicara dan muatan bicaranya itulah karakter serta sifat seseorang bisa dengan mudah ditebak atau sekadar menebak-nebak. Hal itu pada mulanya terjadi juga pada Endon, dia pernah berbicara denganku, katanya, dia bisa menebak watak hingga isi hati setiap orang yang berbicara langsung dengannya. Sudah tentu, ini merupakan sebuah keahlian yang dimiliki oleh orang yang seharusnya dia pernah kuliah di bidang kejiwaan. Namun Endon tidak.

“ Seperti apa aku?” Tanyaku pada suatu hari kepada lelaki kurus, dan mendekati kumal itu.

Dia menarik nafas, menatapku tajam, seolah ingin menerkam dan menelanku mentah-mentah.

“ Kamu gampangan; mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang berada di luar diri sendiri. Gerasak-gerusuk!”

Mulanya kuanggap saja ucapannya guyonan. Lambat laun, bisa kusimpulkan ucapan Endon ada benarnya juga, terutama tentang gerasak-gerusuk itu. Dalam hal pekerjaan, aku sering dituntut untuk bertindak cepat, padahal jika dikerjakan dengan santai pun akan selesai juga pekerjaan itu. Dalam hal pengetikan juga kadang terlalu cepat kemudian tidak diimbangi dengan proses pengeditan yang baik, orang sering menyebutku Si Typo.

Bukan hanya aku, satu persatu, watak dan tabiat orang-orang kampung disebutkan oleh Endon. Si Parman begini, Haji Uloh begitu, dan di setiap pembicaraannya dia pasti mengulangi dan mengulanginya lagi tentang watak serta karakter orang-orang di kampungku. Awalnya, setiap orang bersikap sama seperti aku, tak acuh dan mengabaikan ucapan-ucapan Endon. Hingga pada akhirnya ada pasangan suami istri yang bercerai karena Si istri mengetahui; watak dan tabiat suaminya itu “mudah teegoda oleh perempuan lain” dan Si suami pun mengetahui watak dan tabiat istrinya itu cemburuan, possesif, serta mudah dipengaruhi oleh tetangganya. Mereka tahu watak dan tabiat masing-masing itu dari Endon.

Orang-orang mulai tidak nyaman bukan karena keahlian Endon, kecuali karena ceplas-ceplosnya dalam menyebutkan sifat hingga apa yang ada di dalam hati serta kepala mereka. Rohimin, kepala dusun kampungku termasuk orang yang merasa terusik dengan keahlian lelaki kurus itu. Di Kedai Ujang, kepala dusun itu pernah mengatakan; ini merupakan fitnah. Ucapan itu dikeluarkan sebagai jawaban dari ucapan Endon kepada orang-orang sehari lalu. Semua orang kampung mengetahui Kepala dusun punya niat menjual sawah desa kepada orang lain – dari Endon. Bukan hanya itu, kepala dusun disebut telah menggelapkan dan menyelewengkan beberapa bantuan dari pemerintah Kabupaten. Orang menjadi tahu dan curiga, dan di kedai Ujang itulah kepala desa menyebutkan tebakan Endon hanya hasudan belaka, fitnah, dan mengada-ada.

Hingga, semua orang di kampung itu hidup dalam himpitan rasa takut rahasia-rahasia hidupnya terbongkar. Mereka mulai saling mencurigai satu sama lain. Setiap pagi selalu terdengar perang mulut di rumah-rumah karena istri mencurigai suami begitu pun sebaliknya. Seorang istri bertanya kepada suaminya tentang berapa besar uang gaji yang disembunyikan dalam saku celana lain, seorang suami menghardik istrinya karena disebutkan oleh Endon masih sering menjaga komunikasi dengan masa lalunya, ada juga yang diberitahu seorang suami masih memendam sayang kepada masa lalunya. Yang terdengar di kampungku bukan lagi cicit burung di pagi hari, melainkan teriakkan: ceraikan aku dan aku akan pulang ke rumah orangtua. Kadang terdengar piring dan gelas pecah bersahutan.

###

Hasil rembug masyarakat di balai desa diputuskan masyarakat tidak perlu mengusir lelaki kurus yang telah menjadi penyebab timbulnya percekcokan. Menurut Haji Iking, orang-orang harus lebih banyak mengabaikan ucapan Endon daripada harus mempercayainya. Masyarakat harus tak acuh terhadap Endon, sebab pada saatnya nanti, lelaki kurus itu akan bosan juga mengobral ucapan kepada siapa pun.

Tapi satu minggu kemudian, orang-orang setelah menunaikan sholat jum’at menjadi panik. Endon berbisik kepada salah seorang jemaah tentang isi khutbah Kyai Sepuh. Menurut Endon, apa yang disampaikan oleh Kyai itu belum tentu benar. Terutama masalah kematian.

Penduduk kampung panik dan mengucap ulang kembali apa yang dikatakan oleh Endon, ketika manusia mati tidak serta merta masuk ke alam kubur, masuk ke surga atau neraka melainkan akan hidup lagi menjadi manusia baru jika orang tersebut sering berbuat jahat dan akan kembali kepada Tuhan jika benar-benar telah bersih lahir dan bathinnya. Semua menebak, mungkin Endon menganut ajaran sesat, berguru pada seorang dukun atau manusia yang melakukan perjanjian dengan dedemit, setan, dan sejenisnya. Pernyataan Endon menandakan, dia tidak percaya kepada azab dan sanksi dari Tuhan, salah satu fondasi keimanan adalah memercayai adanya hari pengadilan; di sanalah akan terbukti dengan terang, jahat dibalas dengan api dan baik akan dibalas dengan kesejukan udara.

Pikiran Endon bertolak belakang dengan pikiran dan keyakinan mayoritas orang-orang kampung. Sangat terbalik sekali, maka pantas jika dalam satu isi ceramahnya, seorang Kyai di kampungku mengajak kepada masyarakat agar mewaspadai lahirnya ajaran Siti Jenar yang telah dinyatakan sesat oleh para wali. Orang selalu ingin tahu, timbul pertanyaan; siapa itu Siti Jenar? Kenapa ajarannya dinyatakan sesat oleh para wali. Mereka sendiri tidak tahu para wali itu siapa saja? Maka , mereka mulai mencari tahu, menanyakan kepada kyai-kayi dan mahasiswa-mahasiswa di kampungku tentang para wali dan Siti Jenar. Dan kenapa Endon disebut sebagai pewaris ajaran Siti Jenar.

Kyai-kyai di kampungku agak keberatan juga dengan keingintahuan penduduk terhadap Siti Jenar dan para wali. Dengan bahasa halus mereka mengatakan; sudah lakukan saja kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang tua dan kakek nenek kita, jangan mencari-cari yang masih samar. Yang sudah jelas itu pun masih banyak yang belum dilakukan. Kesimpulannya, ajaran Siti Jenar dinyatakan sesat oleh para wali karena berbeda dengan amalan-amalan sareat yang biasa dilakukan. Apa yang sering dikatakan oleh Endon adalah ajaran Siti Jenar, itu berbahaya, karena akan semakin banyak manusia-manusia yang malas beribadah kepada Tuhan.

###

Akhirnya, semua orang mengabaikan sikap dan ucapan lelaki kurus itu. Ke mana pun lelaki itu datang, orang-orang akan segera meninggalkannya. Kadang diawali dulu dengan serapah: orang gila! Setiap sore, orang-orang melihat lelaki kurus itu sering komat-kamit, bergumam entah membicarakan apa, berdialog dengan udara, sesekali berbicara agak keras, “ Aku belum siap menerimanya!”. Orang-orang di kampungku pun sering melihat lelaki kurus itu duduk sila di tengah sawah, kadang di bawah pohon randu besar di pinggir kampung, memejamkan mata, khusu dan lama sekali bisa dua sampai empat jam.

Sampai pada waktunya, lelaki kurus itu hilang seolah ditelan bumi, entah pergi ke mana. Ada juga desas-desus, dia bunuh diri karena tidak sanggup dengan tawaran-tawaran dari dedemit dan setan, ada juga yang menduga, dia telah diambil oleh mahluk halus yang mengadakan perjanjian dengannya. Seorang petani bernama Unang mengatakan lain, satu malam petani itu melihat Endon sedang duduk di atas batu besar pinggir kali di bawah temaram purnama. Tiba-tiba ada cahaya putih masuk ke dalam tubuh lelaki kurus itu, Mang Unang tidak melihat apa-apa lagi, yang dia rasakan tiba-tiba hari telah sampai subuh. Orang-orang tentu saja menganggap cerita dari seorang petani itu hanya mereka-reka, rekayasan, dan penuh kebohongan, petani sering tidak jujur, begitu bisik orang-orang.

Sehari sebelum lelaki kurus itu hilang, dia datang ke rumahku. Seperti biasa, dia hanya berkata; jadilah orang baik, jaga makanan yang masuk ke dalam tubuhmu, jika kamu ingin berjumpa dengan Tuhan saat ruh meninggalkan raga. Sembahyang kamu sia-sia jika darahmu masih mengalirkan unsur-unsur api dan ketidak halalan. Puasa kamu hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja jika kamu tidak melakukan puasa yang sebenarnya yaitu sabar. Zakat kamu sia-sia belaka jika hanya ingin dipuji oleh orang lain, sebab zakat yang hakiki adalah kamu memberikan pengetahuan dan ilmu kepada orang lain. Kamu tidak perlu berhaji ketika di sekelilingmu masih banyak orang-orang yang membbutuhkan tenaga dan hartamu.

###

Cerita tentang lelaki bernama Endon itu – saat ini – memang telah dilupakan oleh orang-orang. Ketika ada yang menceritakannya lagi, maka akan dinggap pendongeng sialan atau tukang dongeng pembual. Uang dalam genggaman tanganku ku amati dengan jelas. Sulit bagiku untuk menyimpulkan apakah uang ini halal atau sebaliknya. Itulah uang gaji yang aku terima dari negara ketika masih banyak orang yang harus bekerja banting tulang, bercucuran keringat, pergi pagi pulang pagi lagi, bahkan mereka harus dibebani oleh pajak. Saat ingat kata-kata lelaki kurus itu, tiba-tiba aliran darah dalam tubuhku sedikit memanas...

Kang Warsa

Posting Komentar untuk "Endon"