Hari ibu diperingati di berbagai dunia dengan tanggal berbeda-beda, juga dilatar belakangi oleh peristiwa berbeda-beda, namun satu tujuan - untuk memuliakan ibu. Di Indonesia, hari ibu diperingati pada tanggal 22 Desember.
Soekarno lah yang meresmikan tanggal 22 Desember ini sebagai hari ibu. Bentuk penghormatan tertinggi kepada para perempuan yang telah menyelenggarakan Kongres Perempuan pada tanggal 22 – 25 Desember 1928.
Bukan tanpa alasan, kaum perempuan Indonesia pra- kemerdekaan menyelenggarakan kongres perempuan ini untuk mengembalikan intisari perjuangan para perempuan Indonesia seperti; Tjut Nyak Dien, R.A Kartini, Christina Martha Tiahahu, Nyai Ahmad Dahlan, Dewi Sartika, dan pejuang perempuan lainnya.
Semangat yang telah diwariskan oleh para pejuang perempuan itulah yang harus membumi di negara ini.
Di berbagai negara lain, seperti Australia, peringatan hari ibu justru dilatar belakangi oleh tindakan terpuji seorang Janet Hayden pada tahun 1924. Hayden merasa iba dengan semakin banyaknya kaum perempuan (ibu) yang kesepian dan terlupakan. Pada akhirnya, mereka menjadi kaum marjinal di tengah hiruk-pikuknya kemajuan.
Di Timur Tengah, peringatan hari Ibu dilatar belakangi oleh sebuah kisah inspiratif, seorang ibu – meskipun dengan keterbatasan – telah berjuang dan mampu menjadikan seorang anaknya menjadi dokter.
Bagi kita, ibu adalah perempuan yang sedang dan telah mampu menyelesaikan tugas serta kewajibannya. Ibulah yang bisa menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Hingga seorang Soe Hoek Gie pernah membuat sebuah puisi ; Sebuah Tanya, adalah untuk ibunya.
Gie bukan mempertanyakan, apakah ibu akan tetap bersikap lembut dan menyiapkan segala kebutuhan anak-anaknya, kecuali sebagai penegasan yang tidak perlu dipikirkan tapi bisa dirasakan, begitulah sikap seorang ibu seharusnya.
Di Nepal, tradisi mengunjungi Mata Tirta Aunshi adalah symbol, dimana para perempuan ditempatkan seperti air suci pada tempayan-tempayan yang harus dijaga. Kaum ibu lah yang akan menyuburkan kehidupan ini disaat panas dan kegersangan terlihat di mana-mana.
Beberapa musisi menjadikan perempuan dan ibu sebagai judul dalam lagu-lagu yang mereka ciptakan; Mother (John Lennon), Mother Hor Are You Today (May Wood), Mama (Edi Silitonga), Kasih Ibu (SM Moehtar?), Ibu (Iwan Fals), Bunda (Melly Goeslaw), A Song For Mama ( Boyz II Man), Mama (Spice Girl).
Maywood dalam Mother How Are You Today mengisahkan perjalan hidup seorang perempuan yang sedang jauh dari ibunya. Namun, meskipun jarak memisahkan mereka, hal pertama yang akan dilakukan oleh seorang perempuan ketika telah menemukan lelaki pujaannya adalah membawanya kepada sang ibu. Sebab, ibu yang baik merupakan penilai yang baik.
KANG WARSA
Soekarno lah yang meresmikan tanggal 22 Desember ini sebagai hari ibu. Bentuk penghormatan tertinggi kepada para perempuan yang telah menyelenggarakan Kongres Perempuan pada tanggal 22 – 25 Desember 1928.
Bukan tanpa alasan, kaum perempuan Indonesia pra- kemerdekaan menyelenggarakan kongres perempuan ini untuk mengembalikan intisari perjuangan para perempuan Indonesia seperti; Tjut Nyak Dien, R.A Kartini, Christina Martha Tiahahu, Nyai Ahmad Dahlan, Dewi Sartika, dan pejuang perempuan lainnya.
Semangat yang telah diwariskan oleh para pejuang perempuan itulah yang harus membumi di negara ini.
Di berbagai negara lain, seperti Australia, peringatan hari ibu justru dilatar belakangi oleh tindakan terpuji seorang Janet Hayden pada tahun 1924. Hayden merasa iba dengan semakin banyaknya kaum perempuan (ibu) yang kesepian dan terlupakan. Pada akhirnya, mereka menjadi kaum marjinal di tengah hiruk-pikuknya kemajuan.
Di Timur Tengah, peringatan hari Ibu dilatar belakangi oleh sebuah kisah inspiratif, seorang ibu – meskipun dengan keterbatasan – telah berjuang dan mampu menjadikan seorang anaknya menjadi dokter.
Bagi kita, ibu adalah perempuan yang sedang dan telah mampu menyelesaikan tugas serta kewajibannya. Ibulah yang bisa menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh anak-anaknya. Hingga seorang Soe Hoek Gie pernah membuat sebuah puisi ; Sebuah Tanya, adalah untuk ibunya.
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku.
Gie bukan mempertanyakan, apakah ibu akan tetap bersikap lembut dan menyiapkan segala kebutuhan anak-anaknya, kecuali sebagai penegasan yang tidak perlu dipikirkan tapi bisa dirasakan, begitulah sikap seorang ibu seharusnya.
Di Nepal, tradisi mengunjungi Mata Tirta Aunshi adalah symbol, dimana para perempuan ditempatkan seperti air suci pada tempayan-tempayan yang harus dijaga. Kaum ibu lah yang akan menyuburkan kehidupan ini disaat panas dan kegersangan terlihat di mana-mana.
Beberapa musisi menjadikan perempuan dan ibu sebagai judul dalam lagu-lagu yang mereka ciptakan; Mother (John Lennon), Mother Hor Are You Today (May Wood), Mama (Edi Silitonga), Kasih Ibu (SM Moehtar?), Ibu (Iwan Fals), Bunda (Melly Goeslaw), A Song For Mama ( Boyz II Man), Mama (Spice Girl).
Maywood dalam Mother How Are You Today mengisahkan perjalan hidup seorang perempuan yang sedang jauh dari ibunya. Namun, meskipun jarak memisahkan mereka, hal pertama yang akan dilakukan oleh seorang perempuan ketika telah menemukan lelaki pujaannya adalah membawanya kepada sang ibu. Sebab, ibu yang baik merupakan penilai yang baik.
Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter.
With me everything is ok.
Mother, how are you today?
Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay.
Mother, how are you today?
I found the man of my dreams.
Next time you will get to know him.
Many things happened while I was away.
Mother, how are you today?
KANG WARSA
Posting Komentar untuk "Hari Ibu"