Anthropomorfisme Modern

Manusia sering memiliki penafsiran keliru tentang Alloh. Kita sering memosisikan Alloh sebagai Tuhan namun memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Anthropomorfisme sampai saat ini masih dipegang baik, teguh, namun berada pada posisi laten, hampir samar dan tidak terlihat.

Ada anggapan, ketika manusia meninggal, Alloh akan mengadili manusia dengan berbagai varian pertanyaan. Tentu saja, pemikiran seperti itu telah menghilangkan "keMaha Tahuan" Alloh. Hanya manusia yang selalu bertanya karena diliputi oleh kebodohan. Sementara Tuhan, sama sekali tidak membutuhkan pertanyaan untuk mengetahui apa saja yang telah dilakukan oleh manusia. Sehelai daun yang jatuh pun, benar-benar tidak pernah lepas dari pengawasanNya.

Jika ada seorang berbuat baik atau melakukan kesolehan, maka saat meninggal, dia tidak akan ditanya oleh Alloh, apakah kamu telah berbuat baik? Sebab, Alloh sudah mengetahui bahwa orang tersebut telah melakukan kebaikan. Pun sebaliknya, saat orang melakukan banyak kekeliruan dalam hidup, tidak akan ditanya oleh Alloh, kenapa kamu melakukan kejahatan? Sebab, Alloh telah Maha Tahu secara detail terhadap apa pun yang dilakukan oleh mahlukNya, tanpa kecuali.

Munculnya sangkaan Tuhan akan menanyakan segala perbuatan manusia berasal dari keyakinan Mesir Kuno. Tuhan menugaskan Anubis, dewa penjaga alam kubur untuk menimbang amal perbuatan manusia diawali dengan pertanyaan-pertanyaan tentang ketuhanan dan perbuatan manusia ketika masih hidup. Keyakinan anthropomorfisme ini disebarkan dan diadopsi oleh masyarakat di Timur Tengah, kemudian diterima dengan baik oleh hampir seluruh keyakinan.

Kita meyakini jika sistem yang telah diciptakan oleh Alloh itu sistem tercanggih dan maha sempurna, namun pada sisi lain kita masih banyak menyinpan keraguan terhadapnya. Seperti apa sistem kehidupan dan kematian yang telah diciptakan oleh Alloh? Tentu sistem yang telah diciptakanNya merupakan sebuah rangkaian kecerdasan. Saat manusia meninggal maka sistem ini akan mengatur dengan cermat akan kemana manusia kembali. Innaa Lillaahi wa innaa ilayhi roojiuun atau tidak kembali kepadaNya. Kesistematisan ini akan memfilter, manusia seperti apa saja yang akan kembali kepadaNya. Dalam Al-Quran jelas disebutkan: Yaa ayyatuuhannafsul muthmainnah, irji"I ilaa robiiki roodliyatan mardiyyah. Kecuali nafsu muthmainnah, maka sistem akan menolaknya secara otomatis.

Bersikaplah terbuka dan posisikan Alloh sebagai Tuhan yang memiliki rancangan sangat dahsyat dan sulit tertandingi. Untuk hal itulah, seberapa besar kebaikan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia sama sekali tidak akan memiliki pengaruh apa pun terhadap Alloh. Seluruh manusia menjadi baik pun pada akhirnya akan kembali kepada kebaikan bagi kehidupan manusia juga. Sebaliknya, ketika kejahatan yang didahulukan, tidak akan pernah merugikanNya, juga... Alloh tidak akan memberikan hukuman, siksaan terhadap pelaku kejahatan. Hukuman dan siksaan telah disematkan oleh Alloh pada rancangan dahsyat bernama sebab dan akibat.

Sikap anthropomorfisme, menyematkan atribut-atribut mahluk kepada Alloh masih sering kita jumpai sampai sekarang sebagai warisan abadi dari keyakinan Mesir Kuno. Namun kita sering terlalu egois untuk menuding bahwa kita memang sebagai manusia-manusia paling bertauhid.

Kang Warsa
Dikirim dari ponsel cerdas BlackBerry 10.

Posting Komentar untuk "Anthropomorfisme Modern"