Natal

Saat kuliah di sebuah perguruan tinggi agama, saya sempat diajarkan 'Ulumul Qur'an', waktu itu saya sempat mengupas salah satu dalil dalam Qur'an yang berbunyi: "Selamat sejahtera atas aku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (Q:S, 19:33)" dalil ini menjelaskan jika Isa merupakan manusia biasa dilahirkan, dimatikan, dan akan dihidupkan lagi.

Dengan bahasa bebas, Saya menerjemahkan ayat ini : Selamat sejahtera atas aku, pada hari aku dinatalkan, dimortalitkan, dan diimmortalitkan. Bagi pemuja kata-kata dan bahasa tentu penerjemahan bebas ini akan berdampak pada sebuah 'cibiran'. Meskipun secara semantik penerjemahan ini memang begitu adanya.

Natal tidak hanya dimiliki oleh Isa (Yesus) saja, peringatannya pun sah dilakukan oleh siapa pun. Dalam tradisi Islam Nusantara setiap 12 Rabiu'l Awwal diperingati Mauludan, tanggal dilahirkan Nabi Muhammad. Peringatan ini dianggap bid'ah oleh pembesar-pembesar Wahhabi di Arab. Namun perlu dicatat, mereka mengecilkan arti peringatan mauludan tetapi membesarkan peringatan ulang tahun raja dan pangeran mereka bahkan dengan menghabiskan bermilyar uang! Orang biasa pun sering memperingati Hari Natal diri mereka sendiri, Ulang Tahun sering dilakukan hampir oleh seluruh orang.

Kognisi kita sering terpasung oleh hal-hal yang telah lama mengakar diindoktrinasikan entah oleh siapa. Kata Natal ini telah menjadi tabu sejak sekian lama. Ranah-ranah yang seharusnya tidak dihubungkan kemudian dikaitkan dengan persoalan teologis. Kaum agamawan menjelaskan arti Natal sebenarnya tanpa mereka mengetahui apa arti Natal bagi penganut Kristiani. Menafsirkan satu hal dengan versi mereka, lalu memaksakan hasil penafsiran tersebut bahwa arti Natal yang sebenarnya kepada penganut keyakinan lain yang memiliki pemahaman arti Natal yang sebenarnya.

Sederhanakan saja, bahwa menerjemahkan kata cukup sampai pada proses pengartian makna secara lugas saja, Natal memiliki arti Lahir, itu saja cukup. Elaborasi dan penjabaran serta sejarah panjang hingga setiap tanggal 25 Desember diperingati sebagai Hari Natal hal tersebut harus ditempatkan secara bijak, masuk ke dalam ranah diskusi. Bahkan para penganut Kristen Ortodoks yang menggunakan Kalender Julian bukan Gregorian selalu memperingati Natal di hari yang berbeda dengan Vatikan karena perbedaan Kalender yang digunakan.

Anda berhak mengucapkan kebaikan kepada siapa pun. Ucapan kebaikan sama sekali tidak akan pernah meruntuhkan akidah atau keyakinan siapa pun. Mengucapkan 'Sampurasun', selamat pagi, Shalom Alaychem, Assalamualaikum, bahkan Haleluya (puji Tuhan, Alhamdulillah) tidak akan mengubah keyakinan dan agama yang dianut dari A menjadi B.

Tindakan paling berbahaya adalah, saat orang lain memeringati Hari Kelahiran Isa, sekelompok manusia-manusia radikal memiliki tekad menghancurkan tempat-tempat ibadah dengan bom, hingga tempat-tempat pemujaan dan dilantunkannya puji-pujian kepada Tuhan harus diamankan dan disterilkan. Lebih jauh, apakah Alloh memerintahkan permusuhan seperti ini? Sama sekali tidak.

Dan terhadap persoalan apa pun, Anda pun berhak untuk abstain, tidak melakukan apa pun. Itu hak Anda..

Kang Warsa







Posting Komentar untuk "Natal"