Abad XIX merupakan suatu periode pergolakan yang disertai perubahan sosial akibat pengaruh Barat yang semakin kuat. Seluruh proses peralihan dari tradisional ke modernitas ditandai oleh goncangan-goncangan yang silih berganti. Di Banten, seperti halnya di seluruh Indonesia, abad XIX ditandai oleh kontak yang semakin meningkat dengan dunia Barat. Pelaksanaan pajak kepala, peraturan-peraturan tentang rodi dan lain sebagainya, menyebabkan timbulnya pemberontakan di daerah-daerah pedesaan.
Pemberontakan petani di Banten yang berpusat di Cilegon ini merupakan satu dari sekian banyak pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di jawa pada masa itu. Pemberontakan ini dipimpin oleh golongan agama yakni para tokoh agama islam dan beberapa elit desa yang sudah tidak memiliki prestise politik akibat desakan pemerintah kolonial. Penyebab terjadinya pemberontakan adalah masalah penarikan pajak, permasalahan urusan agama, kemiskinan akibat kegagalan panen sebagai dampak dari wabah penyakit dan gempa bumi yang terjadi pada waktu itu, dan kesewenang-wenangan pegawai pemerintah.
Pajak yang harus dibayar meliputi sewa tanah yang sangat berat, pajak kepala, dan pajak usaha. Mereka yang tidak membayar pajak diseret ke pengadilan dan didenda. Dalam permasalah urusan agama, diberlakukannya peraturan yang ketat mengenai praktek keagamaan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya pemberontakan. Masalah-masalah lain yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan itu adalah tidak dihiraukannya kehormatan kaum wanita yang menimbulkan kemarahan di kalangan rakyat.
Pemberontakan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 1888 sesuai kesepakatan para pemimpin. Sebelum pemberontakan terjadi, beberapa bulan sebelumnya telah dilakukan persiapan-persiapan berupa rapat-rapat rahasia dan pelatihan bela diri yang juga dilakukan secara rahasia dengan berkedok acara adat seperti kenduri dan acara-acara hajatan sehingga tidak memancing kecurigaan pemerintah kolonial.
Pemberontakan dilakukan secara sistematis dengan pembagian kelompok untuk menyerang rumah-rumah dan kantor para pegawai pemerintah yang dibenci oleh rakyat. Dimulai dari juru tulis pemerintah, jaksa, asisten residen dan sebagainya. Semuanya didatangi oleh pemberontak dan dibantai bersama keluarganya. Karena penyerangan ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang sangat banyak dari kalangan penduduk maupun para pegawai pemerintah beserta keluarganya.
Pemberontakan petani di Banten yang berpusat di Cilegon ini merupakan satu dari sekian banyak pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di jawa pada masa itu. Pemberontakan ini dipimpin oleh golongan agama yakni para tokoh agama islam dan beberapa elit desa yang sudah tidak memiliki prestise politik akibat desakan pemerintah kolonial. Penyebab terjadinya pemberontakan adalah masalah penarikan pajak, permasalahan urusan agama, kemiskinan akibat kegagalan panen sebagai dampak dari wabah penyakit dan gempa bumi yang terjadi pada waktu itu, dan kesewenang-wenangan pegawai pemerintah.
Pajak yang harus dibayar meliputi sewa tanah yang sangat berat, pajak kepala, dan pajak usaha. Mereka yang tidak membayar pajak diseret ke pengadilan dan didenda. Dalam permasalah urusan agama, diberlakukannya peraturan yang ketat mengenai praktek keagamaan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya pemberontakan. Masalah-masalah lain yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan itu adalah tidak dihiraukannya kehormatan kaum wanita yang menimbulkan kemarahan di kalangan rakyat.
Pemberontakan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 1888 sesuai kesepakatan para pemimpin. Sebelum pemberontakan terjadi, beberapa bulan sebelumnya telah dilakukan persiapan-persiapan berupa rapat-rapat rahasia dan pelatihan bela diri yang juga dilakukan secara rahasia dengan berkedok acara adat seperti kenduri dan acara-acara hajatan sehingga tidak memancing kecurigaan pemerintah kolonial.
Pemberontakan dilakukan secara sistematis dengan pembagian kelompok untuk menyerang rumah-rumah dan kantor para pegawai pemerintah yang dibenci oleh rakyat. Dimulai dari juru tulis pemerintah, jaksa, asisten residen dan sebagainya. Semuanya didatangi oleh pemberontak dan dibantai bersama keluarganya. Karena penyerangan ini menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang sangat banyak dari kalangan penduduk maupun para pegawai pemerintah beserta keluarganya.
Posting Komentar untuk "Pemberontakan Banten"