Banyak moralitas yang dihadirkan dalam beberapa karya sastra, hampir semua karya sastra tidak bisa mengelak masuknya unsur ekstrinsik tentang ini. Dua hal pada kutub berbeda antara moralitas dengan amoralitas, perjalanan dari dua kutub ini merupakan deviasi atau penyimpangan, dan pembengkokan. Unsur ekstrinsik dalam cerpen, novel, atau drama dan beberapa karya sastra tentu mengalir begitu saja disematkan oleh pengarangnya. Di luar kesadaran.
A.A Navis dalam cerpen Mak Pekok, tentu tidak mengharapkan tokoh seorang Mak Pekok pada akhir cerita memperlihatkan secara tajam bentuk penyimpangan moral dalam hidupnya. Dikatakan menyimpang karena orang normal tidak bisa menerima sikap seksualitas Mak Pekok saat menyetubuhi seekor kerbau. Di luar kerbau pun, bisa jadi, banyak binatang lain yang pernah dijadikan obyek kekerasan seksual oleh dirinya.
Perbuatan amoral secara individu dan patologi sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Fantasi yang lahir terjadi oleh beberapa sebab; pertama, sebagai seorang individu, kekurangan atau cacat pada tubuh Mak Pekok dimaknai oleh dirinya sebagai alasan ‘keminderan diri’, tidak bisa berbuat apa pun laiknya manusia lain. Kemurungan ini mengakibatkan dirinya harus hidup seolah tanpa harus ada kehadiran orang lain. Kedua, sikap anti sosial seorang Mak Pekok lahir sebagai akibat kemurungan dirinya itu, tidak bisa memainkan peranan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Anehnya, ketika manusia-manusia seperti ini bersentuhan dengan orang lain, justru mereka tetap bisa bersikap baik-baik.
Sikap anti sosial seseorang memang tidak lepas dari latar belakang kehidupan seseorang. Celakanya, kekurangan atau cacat fisik sering berimbas pada cacat psikis jika tmereka tidak menyadari bahwa kekurangan itu bukan hambatan bagi dirinya untuk terus mengaktualisasikan diri.
Seorang Penguin dalam film Batman menjadi manusia jahat, anti sosial, dan membangun kerajaan klandestin di lorong bawah tanah ketika dia merasa dikucilkan oleh kehidupan hanya karena dilahirkan sebagai manusia kerdil. Lahir kenyinyiran saat iklan dan promosi di dalam kehidupan seolah hanya berlaku bagi manusia-manusia normal, cantik, tampan, dan gagah. Manusia kerdil seperti dirinya tidak bisa terlibat apalagi dilibatkan dalam kehidupan, ketika terlibat pun hanya dalam akan melahirkan cemoohan atau sikap nyinyir dari orang lain. Ditafsirkanlah sebagai bentuk pelecehan atau penghinaan.
Persoalan ini sebetulnya tidak melibatkan moralitas pada awalnya, kecuali pada kedalaman rasa dan kekuatan dari olahrasa seseorang. Mak Pekok tidak akan menjadi manusia minder, murung, kesepian, dan anti sosial jika dirinya mengolah rasa. Rasa harus ditempatkan pada kantung hati bukan pada jurang emosi. Orang - bisa jadi - akan tersulut emosinya ketika ditatap terus – menerus oleh orang lain, apalagi jika Si penatap melihat sambil mengernyitkan kening, seolah kehadiran diri kita dianggap mahluk aneh dari planet lain. Tentu, meskipun A.A Navis tidak menghadirkan penggalan cerita ini dalam cerpennya, namun pada perjalanan kehidupan Mak Pekok yang terpenggal ini ada cerita tentang itu, bagaimana perlakukan masyarakat kepada dirinya, lantas melukasi perasaannya.
Kepada tetangganya, Mak Pekok tidak pernah berbuat culas apalagi licik, dia baik dan memperlihatkan moralitas, tindakan dirinya dinyatakan baik. Justru, rasa penasaran tetangganya itu yang telah merusak hubungan baik dalam kehidupan. Pada dasarnya, manusia selalu mencari-cari, serba ingin tahu urusan orang lain sedetail-tailnya. Dalam cerpen ini tersimpan pesan: jangan mencampuri urusan orang lain jika tidak melahirkan akibat jelek bagi diri kita, jangan terlalu banyak mengintip dan menguping.
Runtuhlah moralitas ketika manusia –seberapapun dia memiliki kekurangan – harus melacurkan diri, melakukan hubungan intim dengan binatang. Dalam kehidupan kita, bagaimana akal bisa menerima manusia menikah dan melakukan hubungan seksual dengan binatang? Dengan sesama jenis kelamin pun menjadi wacana besar dari perdebatan, diskusi, seminar, dan forum. Hingga lembaga-lembaga keagamaan pun harus ikut terlibat membahas persoalan ini? Namun, bagaimana jika perbuatan menyimpang itu dilakukan oleh seseorang, tidak merugikan orang lain, tidak membawa dampak buruk bagi kehidupan? Disebut amoralkah perbuatannya? Dinyatakan sebagai pendosa besarkah sikapnya? Kita akan diam..
Kang Warsa
Posting Komentar untuk "Kebengkokan Mak Pekok"