Armagedon, Kiamat, Zaman Akhir, atau Aharit-hayamim , ada dalam pandangan eskatologis semua penganut keyakinan dengan penafsiran berbeda-beda. Semua agama meyakini zaman akhir akan datang. Entah menafsirkannya dengan pandangan preterisme atau dengan penafsiran umum. Armagedon akan terjadi. Para penganut preterisme hanya meyakini, kiamat sebenarnya adalah ketika nilai-nilai kemanusiaan telah kosong dalam kehidupan, perang dikumandangkan, genosida, dan dehumanisasi menjadi kian mewujud. Sebagaimana pernah terjadi di masa kekaisaran Romawi. Herodes adalah dajjal.
Neo- Preterisme memberi gagasan lain tentang kiamat. Nubuwat-nubuwat yang tersurat di dalam kitab-kitab suci memberikan arah dan petunjuk yang jelas. Menunjuk kepada satu masa, zaman, bahkan letak secara geografis. Ini tentu saja terlepas dari pandangan subyektif, sebab ini dialami oleh semua manusia. Adanya kecocokan kondisi zaman ini dengan dalil-dalil di dalam kitab –kitab suci menjadi alasan bahwa kiamat memang sedang dialami oleh umat manusia.
Penafsiran subjektif terhadap armagedon telah membuahkan pemikiran rigid adanya kelas-kelas sosial dalam masyarakat , dunia dipandang hanya melalui satu mata, dipandang dengan ke-akuan, diperjelas dengan ke-agamaan-ku. Aharit-hayamim dalam eskatologi Judaisme selalu mengacu kepada pandangan ketika Ras Semit Yahudi dikumpulkan di sebuah tempat secara geografis. Dibangkitkan kembali kejayaan orang-orang Yahudi atas bangsa-bangsa lain. Landasan berpijaknya adalah dalil-dalil dalam perjanjian lama, kesaksian terhadap ucapan Ibrahim. Di sinilah, akar fundamentalisme keberagamaan muncul.
Theodore Herzl, mengumandangkan Zionisme, diaspora harus diakhiri dengan kembalinya orang-orang Yahudi dari pembuangan ke tanah suci yang dijanjikan. Ini terjadi menjelang Perang Dunia I dan II. Politik dunia sedang dikuasai oleh kerakusan terhadap penguasaan tanah-tanah jajahan. Imperialisme menduduki tangga puncak piramida, sementara moralitas kemanusiaan ditempatkan di dasar piramida kekuasaan. Politik hanya dikuasai oleh kelompok tyranoi, bangsa-bangsa membuat blok terpisah. Konspirasi terjadi. Dunia-dunia bawah tanah berbisik-bisik bersembunyi di balik berisiknya bom-bom yang diledakkan oleh sekutu. Disana ada satu perjanjian, kesepakatan bahwa dikorbankannya orang-orang Yahudi di dalam kamp-kamp konsentrasi Holocaust adalah sebuah batu loncatan agar Tanah Harapan direbut kembali. Wacana kebencian disebar agar ada satu konsentrasi yang tepat, berbuntut pengusiran, eksodus ke-II pasca diusirnya bangsa Yahudi oleh Fir’aun pun terjadi. Bagi penganut Yahudi Fundamentalis, inilah kiamat, Harmagedon.
Penafsiran kiamat oleh kaum Kristen Fundamentalis terjadi ketika gerakan Anti-Kristus bangkit. Kaum Dispensasionalis memberi gagasan baru, semakin menggenapnya pemikiran Zionisme tentang eksodus orang-orang Yahudi ke Tanah Yang dijanjikan, konflik Arab – Israel di tahun 1948 merupakan fenomena seyakin-yakinnya tentang kiamat. Pada satu sisi, mereka membenarkan terhadap wahyu-wahyu perjanjian Baru, sementara di sisi lainnya, pemikiran mereka mendorong lahirnya kembali Neo-Romawi, kekaisaran Romawi Baru, anti kristus yang terlembagakan dalam Tatanan Masyarakat Ekonomi Eropa.
Negara-negara Barat menjadi ilustrasi binatang berkepala tujuh yang termaktub di dalam Perjanjian Baru. Semakin jelaslah, fundamentalisme dalam Kristen mengakar. Terbentuk dua kutub pemikiran, anti kristus sekuler dan kaum dispensasionalis yang beriman. Sebab, Kekaisaran Romawi Baru merupakan sebuah pemerintahan dunia, mengajak kepada perdamaian, HAM, dan pada saat yang sama mereka mengajak manusia kepada pemurtadan terhadap nilai-nilai suci kristus. Membuat sebuah tatanan baru, umat manusia harus berkumpul di bawah naungan Rumah Satu Atap di saat dunia menyaksikan Negara-negara di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia harus berjibaku melawan imperialisme negara-negara Eropa.
Eskatologi Islam menjadikan kiamat sebagai salah satu Rukun Iman. Akan datangnya hari akhir harus diyakini. Tanda-tandanya jelas baik di dalam Quran maupun analisa Rosulullah. Kemiripan yang terlihat dengan eskatologi kedua agama Abrahamik adalah: seluruh umat manusia akan dibangkitkan untuk menghadapi penghakiman dari Alloh SWT. Keunikan konsep kiamat dalam ajaran Islam adalah tentang waktu. Kapan kiamat akan terjadi, sama sekali tidak ditentukan waktunya kecuali melalui dua pembagian; Kiamat Kecil dan Kiamat Besar. Sementara itu , penafsiran terhadap tanda-tanda kiamat telah memunculkan gagasan baru. Kesepakatan terhadap gagasan – gagasan baru tersebut adalah; bahwa kiamat, sesuai dengan kata dan maknanya, tidak akan dialami oleh orang-orang beriman. Kiamat hanya akan terjadi dan dialami ketika nilai-nilai kebenaran telah tercerabut di dunia ini. Ini bisa jadi, sejalan dengan pemikiran kaum dispensasionalis; semakin menumpuk dan menggenapnya kejahatan, maka kedatangan kiamat semakin dekat.
Dunia, saat ini sedang berada di bawa Rumah Satu Atap: kebaikan dan kejahatan berbaur. Hidup menjadi lebih samar. Kaum fundamentalis dicap sebagai kelompok berbahaya, saat dunia menghargai dengan salam takzim kepada kelompok-kelompok penganut kebebasan, begitupun sebaliknya. Ya, pikiran kita sering tidak seimbang. Mungkin, sama halnya dengan ketidakseimbangan alam ini ketika kiamat terjadi. [ ]
Neo- Preterisme memberi gagasan lain tentang kiamat. Nubuwat-nubuwat yang tersurat di dalam kitab-kitab suci memberikan arah dan petunjuk yang jelas. Menunjuk kepada satu masa, zaman, bahkan letak secara geografis. Ini tentu saja terlepas dari pandangan subyektif, sebab ini dialami oleh semua manusia. Adanya kecocokan kondisi zaman ini dengan dalil-dalil di dalam kitab –kitab suci menjadi alasan bahwa kiamat memang sedang dialami oleh umat manusia.
Penafsiran subjektif terhadap armagedon telah membuahkan pemikiran rigid adanya kelas-kelas sosial dalam masyarakat , dunia dipandang hanya melalui satu mata, dipandang dengan ke-akuan, diperjelas dengan ke-agamaan-ku. Aharit-hayamim dalam eskatologi Judaisme selalu mengacu kepada pandangan ketika Ras Semit Yahudi dikumpulkan di sebuah tempat secara geografis. Dibangkitkan kembali kejayaan orang-orang Yahudi atas bangsa-bangsa lain. Landasan berpijaknya adalah dalil-dalil dalam perjanjian lama, kesaksian terhadap ucapan Ibrahim. Di sinilah, akar fundamentalisme keberagamaan muncul.
Theodore Herzl, mengumandangkan Zionisme, diaspora harus diakhiri dengan kembalinya orang-orang Yahudi dari pembuangan ke tanah suci yang dijanjikan. Ini terjadi menjelang Perang Dunia I dan II. Politik dunia sedang dikuasai oleh kerakusan terhadap penguasaan tanah-tanah jajahan. Imperialisme menduduki tangga puncak piramida, sementara moralitas kemanusiaan ditempatkan di dasar piramida kekuasaan. Politik hanya dikuasai oleh kelompok tyranoi, bangsa-bangsa membuat blok terpisah. Konspirasi terjadi. Dunia-dunia bawah tanah berbisik-bisik bersembunyi di balik berisiknya bom-bom yang diledakkan oleh sekutu. Disana ada satu perjanjian, kesepakatan bahwa dikorbankannya orang-orang Yahudi di dalam kamp-kamp konsentrasi Holocaust adalah sebuah batu loncatan agar Tanah Harapan direbut kembali. Wacana kebencian disebar agar ada satu konsentrasi yang tepat, berbuntut pengusiran, eksodus ke-II pasca diusirnya bangsa Yahudi oleh Fir’aun pun terjadi. Bagi penganut Yahudi Fundamentalis, inilah kiamat, Harmagedon.
Penafsiran kiamat oleh kaum Kristen Fundamentalis terjadi ketika gerakan Anti-Kristus bangkit. Kaum Dispensasionalis memberi gagasan baru, semakin menggenapnya pemikiran Zionisme tentang eksodus orang-orang Yahudi ke Tanah Yang dijanjikan, konflik Arab – Israel di tahun 1948 merupakan fenomena seyakin-yakinnya tentang kiamat. Pada satu sisi, mereka membenarkan terhadap wahyu-wahyu perjanjian Baru, sementara di sisi lainnya, pemikiran mereka mendorong lahirnya kembali Neo-Romawi, kekaisaran Romawi Baru, anti kristus yang terlembagakan dalam Tatanan Masyarakat Ekonomi Eropa.
Negara-negara Barat menjadi ilustrasi binatang berkepala tujuh yang termaktub di dalam Perjanjian Baru. Semakin jelaslah, fundamentalisme dalam Kristen mengakar. Terbentuk dua kutub pemikiran, anti kristus sekuler dan kaum dispensasionalis yang beriman. Sebab, Kekaisaran Romawi Baru merupakan sebuah pemerintahan dunia, mengajak kepada perdamaian, HAM, dan pada saat yang sama mereka mengajak manusia kepada pemurtadan terhadap nilai-nilai suci kristus. Membuat sebuah tatanan baru, umat manusia harus berkumpul di bawah naungan Rumah Satu Atap di saat dunia menyaksikan Negara-negara di Afrika, Amerika Selatan, dan Asia harus berjibaku melawan imperialisme negara-negara Eropa.
Eskatologi Islam menjadikan kiamat sebagai salah satu Rukun Iman. Akan datangnya hari akhir harus diyakini. Tanda-tandanya jelas baik di dalam Quran maupun analisa Rosulullah. Kemiripan yang terlihat dengan eskatologi kedua agama Abrahamik adalah: seluruh umat manusia akan dibangkitkan untuk menghadapi penghakiman dari Alloh SWT. Keunikan konsep kiamat dalam ajaran Islam adalah tentang waktu. Kapan kiamat akan terjadi, sama sekali tidak ditentukan waktunya kecuali melalui dua pembagian; Kiamat Kecil dan Kiamat Besar. Sementara itu , penafsiran terhadap tanda-tanda kiamat telah memunculkan gagasan baru. Kesepakatan terhadap gagasan – gagasan baru tersebut adalah; bahwa kiamat, sesuai dengan kata dan maknanya, tidak akan dialami oleh orang-orang beriman. Kiamat hanya akan terjadi dan dialami ketika nilai-nilai kebenaran telah tercerabut di dunia ini. Ini bisa jadi, sejalan dengan pemikiran kaum dispensasionalis; semakin menumpuk dan menggenapnya kejahatan, maka kedatangan kiamat semakin dekat.
Dunia, saat ini sedang berada di bawa Rumah Satu Atap: kebaikan dan kejahatan berbaur. Hidup menjadi lebih samar. Kaum fundamentalis dicap sebagai kelompok berbahaya, saat dunia menghargai dengan salam takzim kepada kelompok-kelompok penganut kebebasan, begitupun sebaliknya. Ya, pikiran kita sering tidak seimbang. Mungkin, sama halnya dengan ketidakseimbangan alam ini ketika kiamat terjadi. [ ]
Posting Komentar untuk "Rumah Satu Atap"