Ada banyak tokoh atau sosok berbadan anjing dalam berbagai mitologi baik di wilayah Nusantara atau di negara lain. Si Tumang dan Cerberus merupakan dua perwakilan tokoh mitologi berbadan anjing ini. Sudah tentu, karena dua tokoh ini berasal dan berada di dua kebudayaan berbeda memiliki ciri, watak, dan karakter berbeda juga. Dalam mitologi Sunda, Si Tumang merupakan salah satu tokoh yang terkisahkan dalam Sasakala “ Gunung Tangkuban Parahu”. Cerberus adalah tokoh mitologi yang digambarkan sebagai sosok seekor anjing berkepala tiga, dia diberi tugas untuk menjaga pintu gerbang neraka oleh Hades, Dewa Kegelapan atau Kematian.
Leluhur Sunda atau Karuhun Sunda selalu menyembunyikan pesan-pesan global melalui silib siloka. Hal ini dilakukan agar di masa depan, anak cucu mereka atau keturunan mereka tidak menjelma menjadi manusia-manusia autoteks dan tekstual. Paribasa dan Babasan dalam Bahasa Sunda tampak memperlihatkan keindahan silib siloka. Makna yang terkandung dalam siloka memerlukan penerjemahan dan proses penafsiran yang luwas bahkan luwes. Metafora-metafora yang terkandung di dalamnya tidak bersifat lugas melainkan sarat secara konotatif. Saat seseorang menyebutkan babasan ‘Gede Hulu’ hal ini dimaksudkan bukan kepada seseorang yang memiliki kepala besar, melainkan kepada mereka yang memiliki sifat angkuh dan sombong.
Si Tumang dalah tradisi dan budaya Sunda masih diterjemahkan secara lugas, tokoh berbadan anjing. Suami seorang wanita cantik bernama Dayang Sumbi, dan ayah dari Sangkuriang. Padahal, terdapat siloka di dalamnya dan tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda sendiri. Si Tu Ma Ng, merupakan akronis dari Resi, Ratu, Rama, Hyang, empat unsur kosmologi Sunda, Tritangtu dan Sanghyang Tunggal.
Dengan adanya tritangtu dalam kehidupan ini tertata keserasian, keharmonisan, dan keseimbangan semesta. Tiga unsur: Ratu, Rama, dan Resi ini diaplikasikan sebagai penopang kehidupan bermasyarakat. Tiga unsur berbeda, kategoris, namun merupakan satu kesatuan, mereka menyatu secara kohesif, mengkat erat. Resi merupakan sosok seorang guru, sang pencerah, memiliki tugas menjaga atikan dan keyakinan masyarakat. Ratu merupakan seorang kepala yang memiliki tugas memanajemen masyarakat agar tetap mempertahankan tali paranti, ugeran hidup, dan papagon yang telah ditetapkan. Rama merupakan seseorang yang menjaga harmonisasi dalam rumah tangga sebagai unsur terkecil dalam masyarakat, dalam skala besar, seorang Rama memiliki peran mengokohkan hubungan personal antar individu per individu.
Dalam kosmologi Sunda, jika ketiga unsur ini, tritangtu berjalan secara benar pada alurnya, maka manusia akan mencapai kebeningan jiwa, mencapai puncak tertinggi hingga mereka dapat melakukan komunikasi atau ngadeuheus kepada Sanghyang Tungga, Sanghyang Keresa. Damai di bumi akan membuka jendela langit mengucurkan pancaran keilahian. Alam akan terurus bahkan alam sendiri tidak akan menjadi ancaman bagi manusia.
Manusia menciptakan mitos dan mitologi merupakan upaya manusia sendiri dalam memberikan jawaban terhadap persoalan hidup terutama yang berkaitan dengan peristiwa alam yang belum mereka ketahui. Kenapa ada halilintar, hujan, dan angin? Di masyarakat Skandinavia kuno, halilintar, hujan, dan angin disebabkan oleh Thor-Don, ledakan sebagai akibat palu Dewa Thor dipukulkan, turunlah hujan, tanah menjadi subur, maka mau tidak mau masyarakat pun harus memuja Thor sebagai Dewa mereka.
Bukan hanya di masyarakat Sunda. Cerberus merupakan tokoh mitologi Yunani Kuno, sosok seekor anjing berkepala tiga, bergigi tajam seperti belati, dan dapat mengeluarkan api dari mulutnya. Dia diberi tugas oleh Hades menjadi pintu gerbang neraka. Arwah manusia jahat akan ditarik dan dicabik-cabik olehnya, lalu dilemparkan ke dalam neraka. Cerberus dilepaskan oleh Hades ke dunia manusia jika kekacauan dan jumlah manusia jahat telah lebih banyak dari manusia. Peristiwa dilepaskannya Cerberus , diyakini agar alam semesta dan kehidupan manusia ini tetap terjaga dan berjalan secara seimbang. Dan Cerberus, Sang Penjaga Pintu Gerbang neraka hanya akan menangkap serta memakan manusia-manusia serakah, anjing-anjing kecil yang sering meraung-raung kepada tuannya. Bencana kemanusiaan, wabah sambar, dan peperangan merupakan bentuk lain dari mengamuknya Sang Penjaga Pintu Neraka.
Berbeda dengan dua mitologi di atas, Mesir Kuno menyematkan tubuh anjing kepada Anubis, seorang dewa yang ditakuti oleh manusia-manusia jahat. Dewa yang memiliki tugas menimbang amal baik dan jahat manusia. Dia merupakan dewa paling bengis, menakutkan, dari mulutnya keluar asap panas saat dia menanyakan: Apa yang dapat kalian tukar? Tugas utama Anubis adalah menjaga manusia-manusia jahat agar tetap berada di dalam keabadian penyiksaan.
Di sisi lain, tritangtu yang telah dikenal dalam mitologi Mesir Kuno adalah adanya tiga dewa penyangga kehidupan: Ra, Isis, dan Osiris. Mereka meyakini Ra sebagai dewa tertinggi, dewa matahari yang senantiasa menghangatkan pucuk dedaunan. Kejayaan Ra hilang saat Akhnaten mendeklarasikan henteistik atau monilartistik, pengakuan terhadap satu dewa di Mesir. Ra, Isis, dan Osiris dikalahkan oleh Aton, Dia yang Maha Tunggal. Dia yang menemparkan titik embun pada dedaunan. Di era Akhnaten inilah, masyarakat Mesir meninggalkan Ra, Isis, dan Osiris. Bukan hal sulit bagi Akhnaten untuk mengubah penyembahan dari Ra kepada Aton sebab dia sendiri tetap memberikan kesempatan kepada warga Mesir utuk tetap mengakui adanya Ra, Isis, Osiris, Anubis, dan dewa lainnya.
Dalam kehidupan bernegara di era sekarang, tritangtu ini mengendap dalam trias politica Mostesquieu. Ketuhan sebuah negara, keharmonisan warganya akan tercipta jika tiga lembaga: Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif berjalan bersama, jika tidak demikian, maka tidak akan sungkan seorang penguasa akan melepaskan Cerberus untuk mencabik pertikaian dan permusuhan. Bahkan sebagai rakyat pun, jangan sekali-kali kita bersikap sebagai anjing kecil yang menyalak-nyalak kepada pemegang tali Cerberus, Sang Penjaga Pintung Gerbang Neraka.
Posting Komentar untuk "Si Tumang dan Cerberus"