Beberapa tahun lalu, saya pernah diajak berdiskusi oleh seorang teman yang penasaran dengan pandangan saya tentang ajaran Islam. Dia bertanya, "Akang, kenapa sih, menurut akang semua inti ajaran dalam Islam harus masuk akal?"
Pertanyaan tersebut membuat saya tersenyum, karena sebenarnya saya tidak pernah mengatakan bahwa semua inti ajaran Islam "harus" masuk akal. Pemahaman seperti itu lebih tepat diasosiasikan dengan pandangan teman-teman dari kelompok Muktazilah.
Pandangan saya adalah, seluruh inti ajaran Islam memang sudah masuk akal. Ini berbeda dengan konsepsi yang dianut oleh Muktazilah, yang mungkin membiarkan seseorang meninggalkan sebagian inti ajaran yang dianggap belum diterima oleh akal. Menurut saya, Islam sebagai agama telah memberikan ajaran yang sejalan dengan logika dan akal manusia.
Lantas, bagaimana dengan peristiwa Isra Miraj? Apakah ini bisa dianggap masuk akal? Tentu saja, jika kita memandangnya melalui perspektif ilmu pengetahuan. Dalam fisika, ada cabang yang disebut fisika teoritis, yang membahas konsep-konsep seperti dunia paralel, multiverse, dan quark. Teori-teori ini terus dikembangkan oleh para ilmuwan, dan meskipun belum sepenuhnya dibuktikan, mereka tidak dibantah begitu saja oleh komunitas ilmiah.
Tugas ilmu pengetahuan adalah terus mencari kejelasan terhadap misteri-misteri yang tersembunyi di alam semesta. Jika ada ilmuwan yang menemukan gagasan eksistensialis dan kemudian menggunakannya untuk menyerang agama, itu bukanlah praktik ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Sebaliknya, itu lebih mirip dengan ilmu sihir yang bertujuan untuk menyesatkan daripada mencari kebenaran.
Ilmu pengetahuan juga tidak memiliki peran untuk membuktikan ada atau tidak adanya Pencipta. Ilmu pengetahuan berfokus pada fenomena alam dan bagaimana alam semesta bekerja. Saat seseorang meyakini ketiadaan Tuhan, sebenarnya dia telah didahului oleh keyakinan terhadap adanya sesuatu yang wajib ada. Mengatakan "tidak ada" hanya mungkin jika sebelumnya ada konsep "ada".
Sebagai seorang muslim, saya melihat bahwa Islam tidak pernah bertentangan dengan akal sehat. Ajaran-ajaran Islam memberikan pedoman yang jelas dan logis untuk menjalani kehidupan. Bahkan, banyak ajaran Islam yang justru mendorong umatnya untuk menggunakan akal dan berpikir kritis.
Kembali, Isra Miraj, misalnya, meskipun tampak luar biasa dan sulit dipahami dengan logika sederhana, bisa dijelaskan dalam kerangka ilmu pengetahuan modern seperti fisika teoritis. Konsep perjalanan waktu dan ruang yang berbeda dengan pemahaman kita sehari-hari bukanlah hal yang mustahil dalam fisika. Para ilmuwan terus berusaha memahami misteri ini, dan pandangan kita teerhadap Isra Miraj bisa dianggap sebagai bagian dari pencarian kebenaran yang lebih besar.
Dalam menghadapi skeptisisme terhadap ajaran agama, penting bagi kita untuk tetap terbuka terhadap ilmu pengetahuan. Namun, kita juga harus memahami bahwa ilmu pengetahuan memiliki batasan. Ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab semua pertanyaan, terutama yang berkaitan dengan makna hidup dan keberadaan Tuhan.
Saya juga percaya bahwa dialog antara ilmu pengetahuan dan agama bisa saling memperkaya. Agama bisa memberikan perspektif moral dan etis bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sementara ilmu pengetahuan bisa membantu kita memahami alam semesta dengan lebih baik. Keduanya tidak harus saling bertentangan, tetapi bisa berjalan beriringan.
Sebagai seorang Muslim, pandangan saya terhadap ajaran Islam tidak hanya didasarkan pada iman, tetapi juga pada pemahaman bahwa ajaran-ajaran tersebut masuk akal dan relevan dengan kehidupan kita. Saya percaya bahwa Tuhan menciptakan akal untuk digunakan, bukan untuk diabaikan.
Penting juga untuk diingat bahwa banyak ilmuwan besar dalam sejarah adalah orang-orang beriman. Mereka tidak melihat ada konflik antara ilmu pengetahuan dan agama. Sebaliknya, mereka melihat ilmu pengetahuan sebagai cara untuk lebih memahami ciptaan Tuhan.
Ketika kita menghadapi pertanyaan atau keraguan tentang ajaran agama, kita harus ingat ada aspek-aspek spiritual dan pengalaman pribadi yang juga memainkan peran penting dalam membentuk pandangan kita.
Dalam konteks modern, di mana ilmu pengetahuan terus berkembang, penting bagi kita untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip agama kita dengan cara yang masuk akal dan logis. Kita harus siap menghadapi tantangan dan pertanyaan dengan pikiran terbuka dan hati yang tenang.
Terakhir, saya ingin menekankan bahwa keyakinan kita tidak harus bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Kita bisa menjalani kehidupan dengan memadukan kedua hal ini. Dengan demikian, kita bisa menjadi individu yang lebih bijak, berpengetahuan luas, dan beriman kuat.
Dalam perjalanan hidup, kita akan terus dihadapkan pada berbagai misteri dan pertanyaan. Dengan logika atau ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam, kita bisa menemukan kedamaian dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan ini. Keyakinan bahwa ajaran Islam sudah masuk akal adalah landasan yang kokoh untuk terus mencari kebenaran dan menjalani hidup dengan penuh makna.
Balandongan, 2016
Posting Komentar untuk "Iman, Ilmu, dan Akal"