Utopia (Pendahuluan)

Sir Thomas More, lahir pada tahun 1478 di Milk Street, London, adalah putra Sir John More, seorang hakim di King's Bench. Setelah menempuh pendidikan awal di Sekolah St. Anthony, Threadneedle Street, More muda ditempatkan di rumah tangga Kardinal John Morton, Uskup Agung Canterbury dan Kanselir Agung. Pada masa itu, hubungan antara pelindung dan klien adalah hal biasa bagi keluarga terpandang.

More, yang mengenakan seragam pelindungnya, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan diri. Kardinal Morton, yang sebelumnya adalah Uskup Ely, adalah tokoh berpengaruh di masa pemerintahan Henry VII. Ia dikenal karena kecerdasannya dan sering memuji kemampuan More, bahkan meramalkan bahwa pemuda itu akan menjadi sosok yang luar biasa.

Pendidikan dan Awal Karir

Pada usia sekitar 19 tahun, More dikirim ke Canterbury College, Oxford, oleh Kardinal Morton. Di sana, ia mempelajari bahasa Yunani dari William Grocyn dan Thomas Linacre, dua tokoh yang membawa studi Yunani dari Italia ke Inggris.

Pada tahun 1499, More meninggalkan Oxford untuk mempelajari hukum di Lincoln's Inn, London. Saat itu, ia dikenal sebagai pribadi yang disiplin, bahkan melakukan praktik asketis seperti mengenakan kain penutup rambut dan mencambuk dirinya sendiri pada hari Jumat sebagai bentuk pengendalian diri.

Pada usia 21 tahun, More memasuki Parlemen dan segera diangkat sebagai Wakil Sheriff London. Pada tahun 1503, ia menentang proposal Henry VII untuk mengenakan subsidi pernikahan putri raja, Margaret. Keberaniannya ini membuatnya tidak disukai oleh raja, dan More sempat mempertimbangkan untuk meninggalkan Inggris.

Namun, situasi berubah setelah kematian Henry VII pada tahun 1509. Di bawah pemerintahan Henry VIII, More mulai membangun reputasinya sebagai pengacara yang adil, menolak membela kasus-kasus yang tidak adil dan tidak memungut biaya dari janda, anak yatim, atau orang miskin.

Karya Sastra dan Diplomasi

Pada tahun 1513, More menulis "History of the Life and Death of King Edward V., and of the Usurpation of Richard III." Buku ini, yang mencerminkan pengetahuan dan pandangan Kardinal Morton, baru dicetak pada tahun 1557, lama setelah kematian More.

Pada tahun 1515, More terlibat dalam misi diplomatik ke Negara-negara Rendah (Belanda) bersama Cuthbert Tunstal. Selama misi ini, ia bertemu dengan Peter Giles, sekretaris kotamadya Antwerp, yang menjadi teman dekatnya. Persahabatan ini memengaruhi karya besarnya, "Utopia."

Utopia: Karya Abadi

"Utopia," ditulis dalam bahasa Latin, terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yang berisi pengantar, ditulis pada awal tahun 1516, sementara bagian kedua, yang menggambarkan masyarakat ideal, mungkin diselesaikan pada akhir tahun 1515. Buku ini pertama kali dicetak di Louvain pada akhir tahun 1516, dengan bantuan Erasmus dan Peter Giles.

Edisi revisi dicetak oleh Frobenius di Basel pada November 1518. Meskipun populer di Eropa, "Utopia" tidak dicetak di Inggris selama hidup More. Terjemahan bahasa Inggris pertama dilakukan oleh Ralph Robinson pada tahun 1551, dan kemudian oleh Gilbert Burnet pada tahun 1684.

Nama "Utopia" sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti "tempat yang tidak ada." Meskipun terkesan fiktif, karya ini sarat dengan kritik sosial dan politik terhadap kondisi Inggris pada masa More.

More menggunakan narasi Raphael Hythloday, seorang pelaut yang pernah berlayar dengan Amerigo Vespucci, untuk menggambarkan masyarakat ideal yang bebas dari keserakahan dan ketidakadilan. Karya ini dipengaruhi oleh "Republic" karya Plato dan kisah Plutarch tentang kehidupan Spartan di bawah Lycurgus.

Warisan More

"Utopia" bukan sekadar karya fiksi, tetapi juga refleksi dari pemikiran More tentang keadilan, pemerintahan, dan masyarakat. Erasmus, teman dekat More, memuji buku ini sebagai sumber inspirasi untuk memahami kejahatan politik.

More sendiri, melalui karyanya, menyerang ketidakadilan sosial dan korupsi yang ia lihat di sekitarnya. Meskipun ditulis dengan gaya jenaka, "Utopia" tetap relevan sebagai kritik terhadap sistem yang tidak adil.

Kata "Utopia" kini telah menjadi bagian dari kosakata kita, menggambarkan skema atau gagasan yang ideal tetapi sulit dicapai. Namun, di balik fiksi yang jenaka, More menyampaikan pesan serius tentang pentingnya keadilan dan kesetaraan.

Karyanya tetap menjadi salah satu tonggak penting dalam literatur dan filsafat politik, menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk memikirkan kembali bagaimana masyarakat dapat diorganisir dengan lebih baik.
Kang Warsa
Kang Warsa Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Posting Komentar untuk "Utopia (Pendahuluan)"