Ada sebuah dongeng. Pada zaman Nabi Sulaeman, dua orang sedang beradu mulut perihal 2+2. Orang pertama karena merasa benar dan paling benar mengatakan 2+2=4. Sementara orang ke-dua mengatakan jika 2+2=5. Percekcokan itu berbuntut ke pengadilan. Mereka menghadap Sulaeman.
Sulaeman, dikenal sebagai raja bijak dan adil. Maka dengan kebijakannya tersebut Sulaeman menghukum orang pertama yang mengatakan 2+2=4. Sudah tentu, Si Orang tersebut tidak menerima terhadap keputusan ganjil dan tidak populis itu.
Dengan enteng, Sulaeman mengatakan. " Kamu dihukum bukan atas karena pendapatmu benar secara matematis. Namun karena kamu telah bertengkar dengan orang bodoh. Buat apa kamu bertengkar dan beradu mulut dengan orang yang mengatakan 2+2=5. Huhh.."
Intinya dari kisah sederhana ini adalah, kita jangan berdebat dengan orang-orang bodoh, apalagi memperdebatkan hal-hal yang tidak penting dan kurang krusial. Berdebatlah dengan orang-orang cerdas, sebab jika kita berdebat dan mempermasalahkan satu hal dengan orang bodoh, secara logis, kebodohan kita telah bertambah dua kali lipat... []
Sulaeman, dikenal sebagai raja bijak dan adil. Maka dengan kebijakannya tersebut Sulaeman menghukum orang pertama yang mengatakan 2+2=4. Sudah tentu, Si Orang tersebut tidak menerima terhadap keputusan ganjil dan tidak populis itu.
Dengan enteng, Sulaeman mengatakan. " Kamu dihukum bukan atas karena pendapatmu benar secara matematis. Namun karena kamu telah bertengkar dengan orang bodoh. Buat apa kamu bertengkar dan beradu mulut dengan orang yang mengatakan 2+2=5. Huhh.."
Intinya dari kisah sederhana ini adalah, kita jangan berdebat dengan orang-orang bodoh, apalagi memperdebatkan hal-hal yang tidak penting dan kurang krusial. Berdebatlah dengan orang-orang cerdas, sebab jika kita berdebat dan mempermasalahkan satu hal dengan orang bodoh, secara logis, kebodohan kita telah bertambah dua kali lipat... []
KANG WARSA | SUKABUMI DISCOVERY
Dikirim dari Windows E-mail
Posting Komentar untuk "2+2=5"