Pada tahun 1990, Saya - bahkan kita - sama sekali tidak membayangkan, dua puluh tahun kemudian akan lahir sebuah jaman ketika segala sesuatu bisa dikomunikasikan dari jarak jauh. Pada dekade 90-an, orang-orang hanya membayangkan betapa mahalnya biaya untuk memasang jaringan telepon. Penyedia jasa telekomunikasi harus memasang kabel dari gardu-gardu induk untuk mencapai rumah-rumah pelanggan. Biaya mahal sudah pasti berbanding lurus dengan betapa mahalnya juga biaya pemasangan dan penyediaan alat telekomunikasi bernama telepon. Dari 200 rumah, hanya 1-3 rumah saja yang mampu berlangganan telepon.
Pada tahun yang sama, rata-rata untuk ukuran di negara dunia ke-tiga, hampir setiap empat bulan sekali pemerintah melakukan perbaikan infra struktur jaringan telekomunikasi ditambah dengan listrik. Ditemukannya serat optik generasi ke-6 oleh Mollenauer mengharuskan pemerintah dan penyedia jasa telepon serta listrik menggali kabel-kabel serat optik agar tidak terlalu memeriahkan udara dengan kabel-kabel yang disangga dengan tiang-tiang telepon dan listrik. Semakin terbayang dengan jelas, jika serat optik tidak ditemukan dua puluh hingga setengah abad kemudian, di atas kita akan dipenuhi oleh kabel-kabel listrik dan telepon.
Pada tahun 1983, pemerintah mulai menggalakkan program listrik masuk desa, bersamaan dengan itu digalakkan juga program AMD, ABRI Masuk Desa. Tentara-tentara berseragam loreng hijau itu diinstruksikan untuk meninggalkan barak-barak , terjun langsung ke masyarakat, membantu PLN memasang tiang-tiang listrik dan membantu Telkom memasang tiang-tiang telepon. Tentara-tentara diberdayakan bukan untuk perang lagi, karena masa perang senjata telah berakhir, walaupun di wilayah Timur Tengah kecamuk perang masih terus berlanjut. Listrik mulai masuk ke perkampungan-perkampungan di Sukabumi, lampu-lampu teplok, ajug, dan obor mulai dipensiunkan. Meskipun alat-alat penerangan tradisional tersebut masih ditempel pada dinding-dinding rumah, namun lampu-lampu teplok itu sama sekali tidak digunakan kecuali saat listrik “byar-pet”, mati lalu nyala kembali kemudian mati lagi.
Dari tahun 1980-1990, penduduk di daerah pinggiran Sukabumi telah menerangi halaman rumah mereka dengan lampu pijar dan lampu neon. Pinggir-pinggir jalan mulai semarak dengan cahaya meskipun malam namun terang. Radio-radio transistor telah disulap, adaptor-adaptor telah menyisihkan batu batre cap “Kuda Terbang”, accumulator penghasil listrik sudah dipeti eskan, tidak diraba lagi. Ampli-ampli di mesjid pun sudah dinyalakan dengan listrik dari PLN. DKM Mesjid tidak harus bersusah-susah menge-Charge- accumulator ke tempat penyetruman.
Sebaran informasi melalui berita di radio mulai dikonsusmsi oleh masyarakat secara merata. Orang-orang mengetahui lebih cepat harga sayur-mayur di pasaran melalui berita malam di RRI, disiarkan setiap pukul 21.00 WIB. Tengkulak-tengkulak semakin sempit ruang geraknya dalam mengelabui para petani dengan harga-harga gelap sayuran yang diecerkan di pasar-pasar.
Lahirnya listrik menggantikan sumber-sumber energi lama seolah telah menyengat Frankerstein untuk hidup dan berjalan-jalan di perkampungan. Terjadi kenaikan angka yang sangat signifikan penjualan televisi, radio-tape, dan alat-alat elektronik lainnya. Industri musik dalam negeri meskipun di era 90-an tidak semeriah di dua dekade sebelumnya, tapi tetap mampu bertahan dan menjual hingga ribuan keping kaset pita. Musik-musik dalam negeri memang sedang mengalami kesakitan namun masuknya musik-musik Barat dan Malaysia tetap menyemarakkan iklim industry musik dalam negeri. Anak-anak mulai mengenal Jackson, Iklim, dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Mereka pun mulai merekam suara-suara pada kaset-kaset pita.
Pemerintah orde baru secara permanen dan bertahap menggunakan media-media massa sebagai alat propaganda dan membahasakan program-programnya melalui dua sampai tiga media massa. Aturan sensor diperketat, namun untuk masyarakat di perdesaan apalah artinya kata-kata atau kalimat disensor, mereka lebih senang menonton acara televisi, sebuah media massa jenis baru, kotak ajaib dari planet lain yang jatuh ke bumi.
Lompatan kemajuan yang tidak diperhitungkan bahkan jauh bisa dibayangkan pada dua dekade lalu kini menjadi hal lumrah. Sejak ditemukan mesin uap oleh James Watt, untuk menghasilkan mesin-mesin raksasa, manusia memerlukan waktu hingga satu abad (100 tahun) lamanya. Namun, revolusi informasi dan teknologi sejak penemuan serat optic generasi pertama manusia hanya membutuhkan waktu 7 (tujuh) tahun saja untuk menyulap kabel-kabel jaringan berukuran besar dengan kabel-kabel jaringan berukuran mikro (ukuran serat optik : 120 mikrometer), kemudian dikembangkan lagi menjadi jaringan nir-kabel. Tri tunggal suci, komputer-smartphone-televisi telah menjelma menjadi “Tuhan” baru di jaman kemajuan teknologi informasi.
Selama satu dekade sejak tahun 2000 hingga 2010, hampir semua orang telah terhubung dengan jaringan telepon seluler. Pemerintah tidak perlu memasang dan merentangkan kabel-kabel dan menggali tanah untuk menghubungkan jaringan telekomunikasi dari provider ke rumah-rumah para pelanggan. Penyedia jaringan telepon seluler cukup membangun Base Transceiver Station. BTS ini berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain tanpa melalui perantara kabel-kabel yang direntangkan dari satu tiang ke tiang lainnya. Telepon seluler membanjiri pasaran, harganya pun semakin murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Pemasangan jaringan telepon versi lama mengharuskan pengguna mengisi aplikasi identitas pemesanan dan pemasangan dengan detil dan penuh keseriusan, tersedianya jaringan nirkabel dengan berbagai provider menyebabkan konsumen tidak perlu lagi disulitkan dengan mengisi berlembar-lembar aplikasi bermaterai. Beli hand-phone, beli kartu perdana, aktivasi, dan langsung bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya serta melakukan komunikasi.
Kondisi ini sama sekali tidak akan bisa dibendung. Selama 30 tahun lebih, pemerintah Orde Baru mampu melakukan sensor terhadap apa pun termasuk melakukan pembredelan terhadap media-media massa yang dicurigai memercikkan api distabilitas. Di era internet, kata-kata sama sekali sudah sulit disensor apalagi jika penggunaan kata-kata tersebut dilakukan oleh orang-orang biasa. Siapa pun bisa menulis, dari hal kecil hingga mencaci maki kebijakan-kebijakan pemerintah. Rakyat bisa langsung melakukan mention kepada presiden mereka melalui twitter, mengungkapkan usulan dan bisa juga menasehati presiden tanpa sensor. Lumrah, dalam dunia seperti ini terjadi sadap menyadap dilakukan oleh intelejen satu Negara terhadap Negara lain, bukan hal aneh.
Percepatan kemajuan informasi dan teknologi ini menghasilkan revolusi baru dalam kehidupan masyarakat, perubahan sistem kehidupan tidak lagi seperti yang dibayangkan oleh kaum evolusionis, perubahan ini begitu cepat dan sulit dibayangkan karena begitu cepat. Kecendrungan sikap yang lahir dari generasi informasi teknologi adalah; manusia menjadi lebih terbuka, hubungan didasarkan bukan atas kekerabatan namun adanya kepentingan-kepentingan lain, dan sikap-sikap lain sebagai dampak dari mudahnya informasi yang diserap oleh manusia.
Kondisi ini juga telah melahirkan pandangan baru terhadap kehidupan, hidup manusia harus lebih sederhana, mudah, dan serba instan. Dunia telah benar-benar tanpa batas. Tapi pada sisi lain gap antara generasi yang mampu mengakses kemajuan dengan orang yang tidak tersentuh bahkan terabaikan oleh kemajuan ini telah melahirkan purba sangka kurang baik. Satu sisi melahirkan puritanisme cara berpikir, pada sisi lain telah melahirkan semangat pembaharuan begitu radikal dan cepat. Dunia tetap akan riuh dengan perlawanan, perang pemikiran, dan saling tuding serta salah menyalahkan jika kemajuan hanya menghidupkan sebuah mahluk jadi-jadian bernama Frankerstein!
Kang Warsa
Pada tahun yang sama, rata-rata untuk ukuran di negara dunia ke-tiga, hampir setiap empat bulan sekali pemerintah melakukan perbaikan infra struktur jaringan telekomunikasi ditambah dengan listrik. Ditemukannya serat optik generasi ke-6 oleh Mollenauer mengharuskan pemerintah dan penyedia jasa telepon serta listrik menggali kabel-kabel serat optik agar tidak terlalu memeriahkan udara dengan kabel-kabel yang disangga dengan tiang-tiang telepon dan listrik. Semakin terbayang dengan jelas, jika serat optik tidak ditemukan dua puluh hingga setengah abad kemudian, di atas kita akan dipenuhi oleh kabel-kabel listrik dan telepon.
Pada tahun 1983, pemerintah mulai menggalakkan program listrik masuk desa, bersamaan dengan itu digalakkan juga program AMD, ABRI Masuk Desa. Tentara-tentara berseragam loreng hijau itu diinstruksikan untuk meninggalkan barak-barak , terjun langsung ke masyarakat, membantu PLN memasang tiang-tiang listrik dan membantu Telkom memasang tiang-tiang telepon. Tentara-tentara diberdayakan bukan untuk perang lagi, karena masa perang senjata telah berakhir, walaupun di wilayah Timur Tengah kecamuk perang masih terus berlanjut. Listrik mulai masuk ke perkampungan-perkampungan di Sukabumi, lampu-lampu teplok, ajug, dan obor mulai dipensiunkan. Meskipun alat-alat penerangan tradisional tersebut masih ditempel pada dinding-dinding rumah, namun lampu-lampu teplok itu sama sekali tidak digunakan kecuali saat listrik “byar-pet”, mati lalu nyala kembali kemudian mati lagi.
Dari tahun 1980-1990, penduduk di daerah pinggiran Sukabumi telah menerangi halaman rumah mereka dengan lampu pijar dan lampu neon. Pinggir-pinggir jalan mulai semarak dengan cahaya meskipun malam namun terang. Radio-radio transistor telah disulap, adaptor-adaptor telah menyisihkan batu batre cap “Kuda Terbang”, accumulator penghasil listrik sudah dipeti eskan, tidak diraba lagi. Ampli-ampli di mesjid pun sudah dinyalakan dengan listrik dari PLN. DKM Mesjid tidak harus bersusah-susah menge-Charge- accumulator ke tempat penyetruman.
Sebaran informasi melalui berita di radio mulai dikonsusmsi oleh masyarakat secara merata. Orang-orang mengetahui lebih cepat harga sayur-mayur di pasaran melalui berita malam di RRI, disiarkan setiap pukul 21.00 WIB. Tengkulak-tengkulak semakin sempit ruang geraknya dalam mengelabui para petani dengan harga-harga gelap sayuran yang diecerkan di pasar-pasar.
Lahirnya listrik menggantikan sumber-sumber energi lama seolah telah menyengat Frankerstein untuk hidup dan berjalan-jalan di perkampungan. Terjadi kenaikan angka yang sangat signifikan penjualan televisi, radio-tape, dan alat-alat elektronik lainnya. Industri musik dalam negeri meskipun di era 90-an tidak semeriah di dua dekade sebelumnya, tapi tetap mampu bertahan dan menjual hingga ribuan keping kaset pita. Musik-musik dalam negeri memang sedang mengalami kesakitan namun masuknya musik-musik Barat dan Malaysia tetap menyemarakkan iklim industry musik dalam negeri. Anak-anak mulai mengenal Jackson, Iklim, dan lagu-lagu yang mereka nyanyikan. Mereka pun mulai merekam suara-suara pada kaset-kaset pita.
Pemerintah orde baru secara permanen dan bertahap menggunakan media-media massa sebagai alat propaganda dan membahasakan program-programnya melalui dua sampai tiga media massa. Aturan sensor diperketat, namun untuk masyarakat di perdesaan apalah artinya kata-kata atau kalimat disensor, mereka lebih senang menonton acara televisi, sebuah media massa jenis baru, kotak ajaib dari planet lain yang jatuh ke bumi.
Lompatan kemajuan yang tidak diperhitungkan bahkan jauh bisa dibayangkan pada dua dekade lalu kini menjadi hal lumrah. Sejak ditemukan mesin uap oleh James Watt, untuk menghasilkan mesin-mesin raksasa, manusia memerlukan waktu hingga satu abad (100 tahun) lamanya. Namun, revolusi informasi dan teknologi sejak penemuan serat optic generasi pertama manusia hanya membutuhkan waktu 7 (tujuh) tahun saja untuk menyulap kabel-kabel jaringan berukuran besar dengan kabel-kabel jaringan berukuran mikro (ukuran serat optik : 120 mikrometer), kemudian dikembangkan lagi menjadi jaringan nir-kabel. Tri tunggal suci, komputer-smartphone-televisi telah menjelma menjadi “Tuhan” baru di jaman kemajuan teknologi informasi.
Selama satu dekade sejak tahun 2000 hingga 2010, hampir semua orang telah terhubung dengan jaringan telepon seluler. Pemerintah tidak perlu memasang dan merentangkan kabel-kabel dan menggali tanah untuk menghubungkan jaringan telekomunikasi dari provider ke rumah-rumah para pelanggan. Penyedia jaringan telepon seluler cukup membangun Base Transceiver Station. BTS ini berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain tanpa melalui perantara kabel-kabel yang direntangkan dari satu tiang ke tiang lainnya. Telepon seluler membanjiri pasaran, harganya pun semakin murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Pemasangan jaringan telepon versi lama mengharuskan pengguna mengisi aplikasi identitas pemesanan dan pemasangan dengan detil dan penuh keseriusan, tersedianya jaringan nirkabel dengan berbagai provider menyebabkan konsumen tidak perlu lagi disulitkan dengan mengisi berlembar-lembar aplikasi bermaterai. Beli hand-phone, beli kartu perdana, aktivasi, dan langsung bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya serta melakukan komunikasi.
Kondisi ini sama sekali tidak akan bisa dibendung. Selama 30 tahun lebih, pemerintah Orde Baru mampu melakukan sensor terhadap apa pun termasuk melakukan pembredelan terhadap media-media massa yang dicurigai memercikkan api distabilitas. Di era internet, kata-kata sama sekali sudah sulit disensor apalagi jika penggunaan kata-kata tersebut dilakukan oleh orang-orang biasa. Siapa pun bisa menulis, dari hal kecil hingga mencaci maki kebijakan-kebijakan pemerintah. Rakyat bisa langsung melakukan mention kepada presiden mereka melalui twitter, mengungkapkan usulan dan bisa juga menasehati presiden tanpa sensor. Lumrah, dalam dunia seperti ini terjadi sadap menyadap dilakukan oleh intelejen satu Negara terhadap Negara lain, bukan hal aneh.
Percepatan kemajuan informasi dan teknologi ini menghasilkan revolusi baru dalam kehidupan masyarakat, perubahan sistem kehidupan tidak lagi seperti yang dibayangkan oleh kaum evolusionis, perubahan ini begitu cepat dan sulit dibayangkan karena begitu cepat. Kecendrungan sikap yang lahir dari generasi informasi teknologi adalah; manusia menjadi lebih terbuka, hubungan didasarkan bukan atas kekerabatan namun adanya kepentingan-kepentingan lain, dan sikap-sikap lain sebagai dampak dari mudahnya informasi yang diserap oleh manusia.
Kondisi ini juga telah melahirkan pandangan baru terhadap kehidupan, hidup manusia harus lebih sederhana, mudah, dan serba instan. Dunia telah benar-benar tanpa batas. Tapi pada sisi lain gap antara generasi yang mampu mengakses kemajuan dengan orang yang tidak tersentuh bahkan terabaikan oleh kemajuan ini telah melahirkan purba sangka kurang baik. Satu sisi melahirkan puritanisme cara berpikir, pada sisi lain telah melahirkan semangat pembaharuan begitu radikal dan cepat. Dunia tetap akan riuh dengan perlawanan, perang pemikiran, dan saling tuding serta salah menyalahkan jika kemajuan hanya menghidupkan sebuah mahluk jadi-jadian bernama Frankerstein!
Kang Warsa
Posting Komentar untuk "Frankerstein Modern"