Sebuah tugu terbuat dari tumpukan batu berdiri di areal tanah pekuburan Kampung Cipeueut. Kondisi tugu ini sendiri hampir ambruk, bagian bawahnya telah retak, kecuali tidak mendapat perawatan juga telah lapuk di makan usia.
Menurut penuturan seorang ketua Rukun Tetangga, bernama Asep, tugu ini dibangun pada tahun 50-an sebagai tugu peringatan terhadap perjuangan orang-orang di sana saat melawan tentara Jepang pada tahun 1942-1945.
Sejarah masuknya Jepang ke Sukabumi diawali saat Jepang mendarat dan merebut Eretan Banten dari Belanda. Jepang kemudian mengembangkan kekuasaannya ke daerah-daerah terdekat. Jepang mampu menguasai Sukabumi dan merebutnya dari Belanda dalam waktu singkat.
Tempat dan kantor-kantor pemerintahan dikuasai oleh Jepang dengan mudah karena mendapatkan bantuan dari pribumi dengan menunjukkan markas-markas utama Belanda. Semboyan 3A Jepang mampu meyakinkan penduduk Sukabumi bahwa kedatangan mereka memiliki tujuan untuk membebaskan Sukabumi dari penjajahan Belanda.
Setelah menduduki Kota Sukabumi, tentara Jepang pun menguasai seluruh wilayah Sukabumi baik secara politis mau pun militer. Gudang persenjataan dibangun di Kampung Cibitay, Lembursitu. Toponomi atau penamaan kampung Cibitay pun diambil dari kata Kempetai, tentara Jepang.
Kekejaman Jepang mulai muncul ketika mereka memberlakukan sistem Romusha, kerja paksa. Rakyat tidak hanya dipaksa untuk mengerjakan pembangunan atau pembuatan jalan dan jembatan, juga dipaksa untuk menyerahkan hasil tanaman (padi) kepada para kempetai.
Tentara Jepang memasuki daerah Cipeueut melalui akses jalan masuk ke Kampung Wangunreja. Asep menjelaskan, menurut penuturan dari buyutnya, sebelum kedatangan Jepang, warga hidup tenteram, jual beli berlangsung secara barter. Bahkan di daerah Cipeueut sendiri pernah dibangun salah satu sentra pertukaran barang, pasar tradisional.
Saat kedatangan Jepang inilah, kondisi mulai terbalik, kematian terjadi bukan hanya karena pembantaian, juga disebabkan oleh kelaparan. Sebuah mesjid dibakar oleh tentara Jepang karena dicurigai sebagai gudang persenjataan milik rakyat setempat.
Kehidupan di Kampung Cipeueut telah hilang sama sekali, banyak penduduk meninggalkan lahan pertanian yang mereka garap karena tidak mungkin mereka bercocok tanam dalam keadaan dipaksa oleh Jepang. Dan sebagian besar penduduk melakukan migrasi ke kampong lain.
Sebagai bentuk peringatan atas peristiwa pembantaian oleh Jepang terhadap penduduk di kampung Cipeueut ini, dibangunlah sebuah tugu berbentuk menhir setinggi dua meter.
KANG WARSA
Menurut penuturan seorang ketua Rukun Tetangga, bernama Asep, tugu ini dibangun pada tahun 50-an sebagai tugu peringatan terhadap perjuangan orang-orang di sana saat melawan tentara Jepang pada tahun 1942-1945.
Sejarah masuknya Jepang ke Sukabumi diawali saat Jepang mendarat dan merebut Eretan Banten dari Belanda. Jepang kemudian mengembangkan kekuasaannya ke daerah-daerah terdekat. Jepang mampu menguasai Sukabumi dan merebutnya dari Belanda dalam waktu singkat.
Tempat dan kantor-kantor pemerintahan dikuasai oleh Jepang dengan mudah karena mendapatkan bantuan dari pribumi dengan menunjukkan markas-markas utama Belanda. Semboyan 3A Jepang mampu meyakinkan penduduk Sukabumi bahwa kedatangan mereka memiliki tujuan untuk membebaskan Sukabumi dari penjajahan Belanda.
Setelah menduduki Kota Sukabumi, tentara Jepang pun menguasai seluruh wilayah Sukabumi baik secara politis mau pun militer. Gudang persenjataan dibangun di Kampung Cibitay, Lembursitu. Toponomi atau penamaan kampung Cibitay pun diambil dari kata Kempetai, tentara Jepang.
Kekejaman Jepang mulai muncul ketika mereka memberlakukan sistem Romusha, kerja paksa. Rakyat tidak hanya dipaksa untuk mengerjakan pembangunan atau pembuatan jalan dan jembatan, juga dipaksa untuk menyerahkan hasil tanaman (padi) kepada para kempetai.
Tentara Jepang memasuki daerah Cipeueut melalui akses jalan masuk ke Kampung Wangunreja. Asep menjelaskan, menurut penuturan dari buyutnya, sebelum kedatangan Jepang, warga hidup tenteram, jual beli berlangsung secara barter. Bahkan di daerah Cipeueut sendiri pernah dibangun salah satu sentra pertukaran barang, pasar tradisional.
Saat kedatangan Jepang inilah, kondisi mulai terbalik, kematian terjadi bukan hanya karena pembantaian, juga disebabkan oleh kelaparan. Sebuah mesjid dibakar oleh tentara Jepang karena dicurigai sebagai gudang persenjataan milik rakyat setempat.
Kehidupan di Kampung Cipeueut telah hilang sama sekali, banyak penduduk meninggalkan lahan pertanian yang mereka garap karena tidak mungkin mereka bercocok tanam dalam keadaan dipaksa oleh Jepang. Dan sebagian besar penduduk melakukan migrasi ke kampong lain.
Sebagai bentuk peringatan atas peristiwa pembantaian oleh Jepang terhadap penduduk di kampung Cipeueut ini, dibangunlah sebuah tugu berbentuk menhir setinggi dua meter.
KANG WARSA
Posting Komentar untuk "Tugu Kampung Cipeueut"