Relawan yang Pontang-panting

Sudah lumrah, menjelang Pilkada atau Pemilu tiba-tiba bermunculan ormas, LSM, dan Relawan. Bahkan ormas dan organisasi lainnya yang tertidur selama empat tahun pasca Pilkada sebelumnya juga tiba-tiba bangun dan bangkit dari tidur lelapnya.

Manusia sebagai mahluk sosial, ditambah dengan semakin terbukanya kebebasan mengekspresikan diri, berserikat dan berkumpul secara naluriah memang memiliki kecenderungan kepada hasrat memasukkan dirinya ke dalam lembaga-lembaga. Eksistensi manusia modern akan diakui jika dirinya telah berperan aktif dan berkecimpung di dalam satu komunitas atau wadah.

Fenomena membangun komunitas, paguyuban, perkumpulan, atau dalam sebutan lain "geng", di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa terjadi pada paruh terakhir tahun 60-an hingga 70-an. Kelompok dan komunitas mulai dibangun, para anggotanya memiliki minat dan latat belakang yang sama.

Munculnya kelompok-kelompok baru tidak hanya sekadar di dalam kehidupan sosial dan politik, kelompok-kelompok agama dari yang disebut radikal hingga biasa-biasa saja juga lahir. Tahun 60-70an merupakan masa klimaks perang dingin antara Amerika dan Rusia, kelompok-kelompok yang lahir merupakan citra rasa bosan terhadap persoalan politik selama empat dekade itu berlangsung.

Wilayah-wilayah Asia seperti Jepang dan China, baru pada tahun 90-an membangun kelompok-kelompok, Yakuza dan Triad mulai dikenal sebagai kekuatan asosial yang membuat sejumlah kalangan khawatir terhadap anak-anak mereka. Film-film Mandarin yang ditayangkan sering mempertontonkan aksi-aksi kekuatan kelompok Triad ini. Meskipun antara Yakuza dan Triad telah terbentuk sejak beberapa dekade sebelumnya, namun citra mereka mulai bersinar di tahun 90-an ini.

Kelompok-kelompok dengan skala lokal hingga nasional bermunculan di pertengahan tahun 2005, berbagai komuntas mulai didirikan, ditandai dengan semakin meriahnya jalan-jalan utama di perkotaan setiap Sabtu malam. Geng motor mulai leluasa memainkan perannya sebagai kelompok anarkis.

Pada sisi lain kehadiran komunitas-komunitas ini juga ditandai oleh semakin maraknya konser-konser musik yang pernah mewabah di Amerika dan Eropa di tahun 60-70an. Di Indonesia, fenomena konser ini baru terjadi secara massif di tahun 2000-an. Bendera para penggemar penyanyi dan band selalu berkibar di saat pelaksanaan konser musik.

Kemudian, munculnya relawan dengan berbagai namanya baru mencuat pada tahun 2008, saat negara ini telah benar-benar serius menerapkan demokrasi langsung hingga ke daerah-daerah. Hampir setiap calon kepala daerah memiliki dua sampai lima relawan yang akan membantu menyukseskan kemenangan calon kepala daerah.

Meskipun menamakan diri sebagai relawan, namun tetap saja mereka sering dihadapkan pada persoalan finansial untuk menyiapkan atribut-atribut baik bagi kelompoknya atau dirinya sendiri. Para calon pun dengan sangat ikhlas mendonorkan uang mereka untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan relawan itu.

Dikirim dari iPhone saya

Posting Komentar untuk "Relawan yang Pontang-panting"