Tulisan ini merupakan pemaparan teknis dari tulisan sebelumnya: Menyambut Tahun Pelajaran Baru di Era Normal Baru. Bagaimana seharunya pembelajaran dilakukan di tengah penularan virus korona yang masih menunjukkan kurva kenaikan yang belum melandai? Upaya apa yang harus dilakukan dan kebijakan seperti apa yang sebaiknya ditempuh oleh Dinas Pendidikan dan lembaga pendidikan agar proses pembelajaran tetap dapat berjalan? Bukan hanya dapat berjalan, tetapi betul-betul menyentuh langsung para peserta didik dari berbagai lapisan masyarakat.
Pembelajaran daring sudah dilakukan sejak pembatasan sosial diberlakukan untuk memutus mata rantai penularan virus korona. Sejauh ini, pembelajaran daring dapat dikatakan merupakan hal baru bagi mayoritas peserta didik, tanpa kecuali di daerah-daerah yang telah tergolong sebagai wilayah perkotaan. Meskipun penggunaan gawai dan pemanfaatan akses internet telah berlangsung sejak satu dekade ini, namun proses pembelajaran daring yang memerlukan keterlibatan semua pihak dipandang satu hal baru karena jarang dilakukan sebelumnya.
Pembelajaran daring memiliki kelemahan, antara lain: kegiatan ini hanya dapat diakses oleh peserta didik yang telah memiliki gawai berkuota internet. Sementara itu, para peserta didik di pelosok-pelosok, di daerah pinggiran, tanpa kecuali di daerah perkotaan, masih mengalami kesulitan mengakses pembelajaran daring karena mereka belum memiliki gawai atau piranti daring. Dengan bahasa lain, kemiskinan informasi masih menjadi salah satu kendala penerapan pembelajaran daring di beberapa daerah, tidak terkecuali di perkotaan.
Layanan Telecenter Pendidikan
Kelemahan pembelajaran daring dapat ditutupi oleh cara lain yang lebih sederhana, penggunaannya juga tidak terlalu ribet, misalnya pemanfaatan telecenter pendidikan. Ketersediaan media-media dari mulai elektronik hingga cetakan oleh Dinas Pendidikan melalui kerja sama dengan berbagai pihak merupakan prasyarat mutlak keberadaan dan keberlangsungan pemanfaatan layanan telecenter pendidikan.
Meskipun berbagai platform media penunjang layanan telecenter pendididikan ini cenderung bersifat satu arah, paling tidak keberadaannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pendidikan, terutama para peserta didik, dalam jangka lama, sampai pandemi Covid-19 benar-benar berakhir. Hal terpenting dalam pembangunan layanan telecenter pendidikan yaitu kerja sama dan kolaborasi semua pihak yang benar-benar merasa memiliki simpati terhadap kemajuan dunia pendidikan.
Media cetakan, seperti bulletin, leaflet, brosur, majalah, dan poster pendidikan secara teknis dapat dipenuhi dengan memanfaatkan anggaran promosi perusahaan-perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan provider telekomunikasi seperti Indosat, XL, Telkomsel, 3, Telkom, dan Biznet harus diajak bekerja sama mengalihkan kegiatan promosi mereka pada dunia pendidikan dengan memasukkan materi-materi pelajaran ke dalam media promosinya. Bayangkan, jika poster promosi perusahaan tidak hanya diisi oleh kalimat-kalimat berupa promosi dan ajakan pembelian paket internet dan fitur layanan lainnya diisi oleh materi-materi pembelajaran, sudah tentu media promosi seperti ini akan dengan mudah dibaca dan diakses oleh masyarakat.
Materi pembelajaran yang ditampilkan pada media-media promosi ini dapat tersaji dengan melibatkan para guru yang lebih memahami materi-materi apa saja yang harus disiapkan secara berkala melalui media promosi ini. Sejak wabah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global dan kita pernah menyebutnya sebagai darurat nasional, kita belum melihat ada program promosi perusahaan dialihkan ke dalam bentuk lain salah satunya untuk menopang belajar dari rumah.
Radio Komunitas Pendidikan
Pada awal dicetuskannya, keberadaan layanan telecenter diharapkan menjadi program unggulan pengentasan kemiskinan informasi. Daerah-daerah, terutama di luar Jawa Barat telah mengembangkannya selama hampir lima belas tahun lalu. Harus diakui, gaung layanan telecenter tidak begitu terdengar di Kota Sukabumi, bahkan nyaris tidak pernah dikenal. Memasuki era revolusi industri 4.0, kelompok milenial begitu memengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang infotek mulai dari pusat hingga daerah. Sudah tentu, kelompok ini akan lebih memilih dan menyisir program-program yang beririsan dengan minat kaum milenial perkotaan. Smart city dan penjenamaan kota nampak lebih menggugah alam pikir mereka daripada istilah layanan telecenter.
Tetap saja, secanggih apapun gawai yang digunakan dan secepat apapun internet dapat diakses, tetap harus ditunjang oleh perangkat komplementer lain yang tidak kalah sederhana namun dapat digunakan secara luas. Salah satu media sederhana, dan ini telah dimiliki oleh beberapa sekolah di Kota Sukabumi yaitu radio komunitas pendidikan. SMA Negeri 1 memiliki One Label FM, SMK Negeri 1 Kota Sukabumi memiliki Stekmensi FM, RSUD Syamsudin SH juga memiliki radio komunitas kesehatan yang dapat digunakan sebagai media pembelejaran jarak jauh.
Pemanfaatan media-media sederhana namun memiliki cakupan lebih luas dapat saja dilakukan melalui kerja sama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta semua sekolah di Kota Sukabumi dengan stasiun radio milik pemerintah, Radio Perintis RSPD FM. Materi pembelajaran dapat disiarkan langsung melalui stasiun radio, bahkan bila perlu selama jam kegiatan belajar dari rumah mulai pukul 7.00 sampai 16.00 WIB dijadikan ruang para guru menyampaikan materi pembelajaran. Selain murah, juga dapat diakses oleh siapapun dengan tanpa memerlukan kuota internet.
Titik Akses Internet Murah
Dua penyedia internet berkecepatan tinggi yang lumrah digunakan oleh masyarakat yaitu Indihome dan Biznet. Paket reguler memang sulit dijangkau oleh masyarakat secara individu. Namun dalam kondisi seperti ini, masyarakat dapat mengajukan permohonan pemasangan titik akses internet di luar ruangan kepada dua penyedia tersebut agar internet dapat diakses dengan harga murah.
Pemerintah dapat mendorong penyedia layanan internet untuk memasang titik akses wifi.id dan Biznet Hospot agar internet dapat lebih mudah diakses oleh masyarakat. Untuk mendapatkan akses internet melalui layanan wifi.id ini terbilang sangat murah, satu bulan hanya cukup membeli voucher wifi.id dengan harga Rp. 50 ribu, kuota internet juga tanpa batas. Pilihan harga lainnya yang ditawarkan oleh PT Telkom pada kisaran Rp. 5 ribu untuk mengakses internet selama tiga sampai enam jam, dan paket mingguan dengan harga Rp. 20 ribu.
Di samping itu, strategi lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan akses internet murah adalah dengan membagikan layanan internet melalui pemanfaatan titik akses luar ruangan, pembiayaan dapat dilakukan secara patungan. Akses internet ini tentu saja harus disepakati oleh masyarakat agar digunakan untuk kepentingan belajar dari rumah para peserta didik. Sayang sekali, sejauh ini ketersediaan titik akses internet murah ini baru dinikmati oleh kelompok masyarakat di pusat-pusat perekonomian, kampus, dan sekolah.
Koran Pendidikan
Harus diakui, minat baca bangsa kita terhadap media cetakan seperti buku, majalah, dan koran secara keseluruhan masih rendah. Dari 70 negara yang disurvei oleh PISA tahun 2016, minat baca anak-anak Indonesia menempati urutan ke 62. Pertumbuhan kegiatan literasi sebagai program pendobrak ketabuan minat baca masyarakat yang telah berlangsung empat tahun ini pun harus merangkak dari awal kembali akibat terputus oleh pandemi Covid-19. Minat baca yang rendah ini akan berbanding lurus dengan kurangnya daya serap informasi yang sahih. Penyebaran informasi bohong atau hoaks lebih mudah diterima sebagai sebuah fakta daripada informasi yang benar-benar sahih.
Pada tahap selanjutnya, minat baca yang rendah juga memengaruhi seberapa banyak olpah koran, majalah, bulletin, tabloid, dan media cetakan lainnya yang diserap oleh masyarakat. Seterusnya, berapa persen koran dan media cetakan lainnya yang dibaca oleh masyarakat? Artinya, berapa saja besar dan banyak koran yang dicetak saat berhadapan dengan masyarakat yang kurang memiliki minat membaca lebih banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus barang.
Koran pendidikan dapat menjadi pilihan media penyampaian materi pembelajaran dari rumah sekaligus membantu peningkatan minat baca masyarakat. Sasaran media cetakan ini selain para peserta didik juga orangtua mereka. Pembuatan koran pendidikan memang memerlukan biaya produksi yang cukup tinggi, namun media seperti ini dapat menjadi salah satu selingan selama kegiatan belajar dari rumah.
Apapun alasannya, kegiatan belajar dari rumah, belajar daring, atau kembali melakukan kegiatan belajar tatap muka selama pandemi Covid-19 dan penularan virus korona masih memperlihatkan kenaikan merupakan pikiran bersama. Cara, strategi, dan pemanfaatan media yang digunakan agar proses pembelajaran dapat diikuti oleh peserta didik harus cocok dan tepat bagi mereka.
Sumber foto: Radio MGL
Dimuat Radar Sukabumi, 14 Juli 2020
Posting Komentar untuk "Membangun Layanan Telecenter Pendidikan di Tengah Pandemi"